Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional. Perayaan ini bukan hanya tentang menghormati karya-karya sastra dan penulis, tetapi juga menjadi momen penting untuk merenungkan peran literasi dalam membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan tangguh terhadap ancaman radikalisme dan terorisme.
Literasi memiliki peran yang sangat penting dalam melawan radikalisme dan terorisme. Masyarakat yang memiliki tingkat literasi yang tinggi cenderung lebih mampu menyaring informasi, menganalisis dengan kritis, dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda yang meresahkan. Oleh karena itu, peringatan Hari Buku Nasional seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam menghadapi ancaman tersebut.
Pertama-tama, literasi memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat. Dengan membaca buku, artikel, dan berita dari sumber yang terpercaya, masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang berbagai isu sosial, politik, dan agama. Informasi yang akurat dapat membantu masyarakat untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu sikap radikal.
Selain itu, literasi juga membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Melalui membaca, seseorang belajar untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan membedakan antara fakta dan opini. Keterampilan ini sangat penting dalam menghadapi propaganda radikal yang seringkali memanipulasi informasi untuk mempengaruhi pendapat masyarakat.
Peringatan Hari Buku Nasional seharusnya juga dijadikan kesempatan untuk meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Melalui kegiatan membaca yang menyenangkan dan bermanfaat, anak-anak dapat dibentuk menjadi individu yang cerdas, terbuka, dan berpikiran kritis. Dengan membaca buku-buku yang mengandung nilai-nilai toleransi, keragaman, dan perdamaian, generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam melawan radikalisme dan terorisme.
Pendidikan literasi juga harus mencakup pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan pluralisme. Masyarakat yang memiliki kesadaran akan pentingnya persatuan dan keragaman akan lebih sulit dipengaruhi oleh narasi sempit yang digunakan oleh kelompok-kelompok radikal. Oleh karena itu, pendidikan literasi harus diarahkan untuk membentuk karakter yang kuat dan menjunjung tinggi nilai- nilai Pancasila sebagai dasar negara.
Selain itu, literasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk mendekatkan hubungan antara masyarakat dengan aparat keamanan dan pemerintah. Melalui kampanye literasi yang dilaksanakan oleh pihak keamanan, masyarakat dapat diberikan pemahaman tentang cara mengenali tanda-tanda radikalisme dan terorisme serta langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melaporkan aktivitas yang mencurigakan.
Dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme, peran lembaga pendidikan juga sangat penting. Sekolah dan perguruan tinggi harus menjadi tempat yang aman untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan mengembangkan pemahaman yang benar tentang agama, ideologi, dan politik. Kurikulum pendidikan harus mencakup pembelajaran tentang toleransi, kebhinekaan, dan penolakan terhadap kekerasan.
Dengan demikian, peringatan Hari Buku Nasional seharusnya tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan keberagaman sastra dan pengetahuan, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam melawan radikalisme dan terorisme.
Masyarakat yang cerdas, kritis, dan berpendidikan adalah benteng terkuat dalam menjaga kedamaian dan keamanan bangsa. Oleh karena itu, mari terus tingkatkan minat baca dan promosikan literasi di semua lapisan masyarakat sebagai langkah nyata dalam membangun Indonesia yang lebih toleran, damai, dan harmonis.
Penulis :
Benny Syuhada
Duta Damai BNPT RI Regional Aceh