ZAKAT DAN IDUL FITRI SEBAGAI MOMENTUM MEMBANGUN PERSAUDARAAN DAN KEDAMAIAN

Puasa sebulan Ramadan mendekatkan titik kesadaran rohani manusia kepada pusat semesta Allah SWT. Puasa merupakan latihan fisik, jiwa, dan tempaan kesalehan beragama yang paripurna. Menahan lapar dan haus dalam kondisi biasa barang tentu adalah hal yang berat. Sebab, fitrah manusia adalah memenuhi hajat hidupnya. Tetapi, hal itu akan menjadi terasa indah dan nikmat, jika semuanya dilandaskan pada keyakinan bahwa ini adalah perintah dari Allah SWT yang wajib diimani. Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW. bersabda: “Allah ‘Azzawajalla berfirman dalam hadits qudsi: “Semua amal perbuatan anak Adam, yakni manusia, itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”. 

Puasa adalah sebagai perisai -dari kemaksiatan serta dari neraka. Puasa Ramadan ditutup dengan menunaikan zakat fitrah dan menyambut Idulfitri. Zakat Fitrah berfungsi sebagai pembersih dari perkataan dosa dan ucapan sia-sia. Sebagai ibadah yang berdimensi sosial, zakat fitrah melindungi fakir miskin di Hari Raya Idulfitri. Kegembiraan dan kebahagiaan Idulfitri harus dinikmati secara merata tanpa memandang strata. Seorang muslim tidak boleh mengabaikan masyarakat lainnya secara status sosial tidak beruntung tanpa melakukan sesuatu.

Kepekaan sosial pada diri kita sangatlah penting demi terciptanya kebahagiaan bersama antar seseama umat manusia. Seperti halnya baginda Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam Hadits,  Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At-Thabrani).

Kita sebagai umat rasulullah patut kita contoh perbuatannya beliau saling membantu mengingat zakat fitrah merupakan instrumen dalam membentuk pribadi yang pandai untuk saling berbagi dan membangun empati terhadap penderitaan serta kesulitan yang lain. Berbagi dan peduli pada akhirnya menjadi terapi bagi virus kebencian. Ramadan tidak hanya mencetak pribadi yang berorientasi hidup damai, tetapi juga menciptakan ruang kondusif bagi tumbuhnya perdamaian.

Dalam suasana Idulfitri, umat Islam dianjurkan agar saling evaluasi, meminta dan memberi maaf serta saling mendoakan sesama umat, idul fitri momentum kita membangun kesadaran dalam toleransi menjaga kedamaian dan kerukunan. Jiwa yang pemaaf akan memuculkan kedamaian pada diri kita dan sekitarnya.

Seperti di sabdakan Nabi Muhammad SAW :

“Seorang muslim bersaudara dengan muslim lainnya. Jangan ia menganiaya saudaranya. Jangan pula menghinanya. Barangsiapa memberi kecukupan kebutuhan saudaranya, Allah akan memberi kecukupan kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan kesempitan seorang muslim, Allah akan melapangkan kesempitannya pada hari Kiamat. Barangsiapa menjaga aib seorang muslim, Allah akan menjaga aibnya pada hari Kiamat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu gemar menolong saudaranya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada kesempatan hari kemenangan idul fitri mari menjadi seorang muslim yang kafah adalah menjadi Muslim yang cinta pada perdamaian dan membangun persaudaraan.

Salam Pancasila.

 

 

Penulis :
Firman Ilmi
Koordinator Litbbang DD BNPT RI
Regional Aceh