KUAH BEULANGOENG SEBAGAI MEDIA PERSATUAN RAKYAT ACEH

Ketika acara perayaan di Aceh, khususnya Aceh Besar, dapat dipastikan kuah beulangong kerap dihidangkan sebagai menu utama. Dari namanya sendiri, kuah beulangong berarti kuah belanga. Disebut kuah beulangong karena dalam proses memasaknya menggunakan belanga atau kuali yang sangat besar dengan bahan dasar besi dan dimasak menggunakan kayu bakar sebagai perapian.

Proses memasak kuah beulangong tidak dikerjakan sendiri, melainkan dilakukan secara gotong-royong. Oleh karena itu, biasanya memasak kuah beulangong dilakukan bersama-sama. Seperti di acara maulid, pernikahan, dan peringatan lainnya.

Dari sejarahnya, kuah beulangong berasal dari Aceh Besar. Hidangan ini disajikan saat para petani merayakan panen dengan mengadakan kenduri syukuran. Para petani memotong sapi atau kambing dan memasaknya di periuk tanah, lalu memakannya bersama. Semua itu dilakukan di tengah sawah, sehingga masakan ini sempat disebut sebagai kuah blang. Namun karena sudah menjadi hidangan utama wajib saat kenduri perayaan, maka kemudian disebut dengan kuah beulangong.

Proses memasaknya sendiri berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam. Daging yang sudah dipotong kecil-kecil dicuci bersih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam belanga. Bumbu khas rempah Aceh dimasukkan bersama dengan air lalu diaduk secara merata. Setelah daging setengah matang, lalu dimasukkan buah nangka atau pisang dan bawang yang telah diiris. Air terus ditambahkan sambil terus diaduk menggunakan dahan pohon kelapa hingga mendidih sempurna. Nantinya tingkat kematangan daging akan diukur dari aroma lezat dari kuah beulangong. Kuah beulangong yang enak dan leumak biasanya dinikmati dengan bu kulah (nasi yang dibungkus daun  pisang)  selagi hangat, memiliki sensasi cita rasa tersendiri.

Kuah beulangong sendiri memiliki berbagai macam variasi. Menggunakan bahan dasar daging kambing, sapi dan Kerbau. Biasanya daging yang digunakan adalah leumo aceh atau sapi aceh yang memiliki daging lebih khas.

Campuran utama dalam memasak kuah beulangong ada tiga jenis; dengan bahan dasar inti batang pisang muda, buah pisang mengkal, atau buah nangka. Perbedaan ini biasanya tergantung bahan yang tersedia di setiap daerah asal. Untuk wilayah yang berada di wilayah Seulimuem dan Lamteuba, Kabupaten Aceh Besar, biasanya menggunakan campuran batang pisang muda dan buah pisang. Sedangkan di wilayah lain menggunakan nangka. Ada fakta unik yang menunjukkan peleburan budaya Aceh dalam memasak kuah beulangong dengan agama Islam, yakni ketika memasak kuah beulangong biasanya diaduk berlawanan arah jarum jam seperti melakukan tawaf haji dan diaduk sembari bershalawat (Teuku Rizza Muly-DutaDamai Aceh).