War Takjil Sebagai Bentuk Harmonisasi Keberagaman di Indonesia

Ramadhan merupakan bulan dimana seluruh umat muslim di dunia diwajibkan perpusda dari makanan dan minuman selama satu bulan. Bagi umat muslim sendiri di yakini, ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Tidak heran, banyak umat muslim berlomba- lomba melakukan kebaikan dibulan ini. Baik dalam segi menimgkatkan iman, bersedekah dan lain sebagainya. Dimana perbuatan tersebut menjadi amal jariah untuk mendekatkan diri kepada yang maha Esa.

Dibulan ramadhan tersebut, umat muslim khususnya di Indonesia mempunyai bermacam- macam budaya yang sering dilakukan, dimulai dari tradisi Mugahan dikepulauan jawa atau tradisi Meugang di Aceh yang merupakan tradisi silaturahmi, ataupun makan besar bersama keluarga, saudara maupun kerabat lainnya sebelum puasa dijalankan dibulan ramadhan. Tradisi mugahan dan meugang dilakukan masyarakat setempat dari tahun ketahun dan menjadi moment yang tidak boleh terlewatkan ketika hendak menyambut bulan yang penuh berkah ini.

Kuliner maupun makanan menjadi salah satu bagian dalam mempererat silaturhami antar sesama. Khususnya yang terkenal dibulan ramadhan adalah “Takjil”. Siapa yang tidak kenal dengan takjil, bahkan seuruh umat beragama di Indonesia mengenal takjil. Selain menjadi bahan bukaan dirumah, takjil juga banyak di perjual belilan di berbagai tempat setiap kota yang terdapat umat muslim berpuasa. Maka takjil tersebut bisa didapatkan umat muslim sore hari menjelang waktu berbuka.

Namun, ramadhan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya. Dimana takjil yang diperjual belikan untuk umat islam yang berpuasa, malah kehabisan menjelang sore hari. Dan tidak dapat ditemukan bagi muslim yang ingin mempersiapkan menu bukaannya untuk berbuka. Hal tersebut disebabkan takjil habis di burukan oleh saudara dari kalangan non islam yang tidak berpuasa. Ternyata takjil tidak hanya menarik perhatian umat muslim saja, akan tetapi saudara non islam pun tidak kalah tertarik untuk memburu takjil disore hari.

Fenomena war takjil oleh saudara nonis akhir- akhir ini banyak mendapat Perhatian netizan diberbagai platform media sosial, dimulai tiktok dan istagram. Disana para nonis dari berbagai kalangan seperti artis, konten creator dan infuncer membagikan aktifitasnya menghabiskan setiap takjil yang diperjual belikan oleh warga, tidak hanya dari kalangan intertaint saja, bahkan dari kalangan pendetapun ikut meramaikan dagangan saudara muslim yang menjual takjil sampai habis. Video tersebut dijadikan konten dan dibagikan kemedia sosial. Bermacam komentarpun di lontarkan oleh netizen dimulai dari candaan umat beragama hingga rasa takjub dan bangga terhadap fenomena yang banyak menyita pergatian ini. Seperti yang diungkapkan salah satu arti tanah air, Nagita Slavina. Menurutnya fenomena war takjil salah satu bentuk indahnya toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Tidak hanya war takjil yang dijual warga dijalan saja dilakukan saudara non islam, bagi takjil bersama, hingga menjual takjil pun ikut dilakukan oleh saudara non islam di tanah air. Dari fenomena tersebut memperlihatkan keharmonisasian bentuk beragama di Indonesia. Dibulan yang suci ini tidak hanya umat muslim saja yang menikmati keberkahannya, namun sodara non islam lainnya ikut merasakan juga. Inilah indonesia yang mempunyai berbagai macam perbedaan namun kedamaian tetap dapat dirasakan di negeri tercinta ini.

Penulis :
Fazliana