free page hit counter

Hari Ibu: Sebuah Pengingat Bahwa Kita Semua Pernah Jadi Anak Mamak

Hari Ibu di Indonesia jatuh pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Sebagai hari besar nasional, momen ini sering dijadikan waktu untuk menyampaikan cinta kepada sosok yang dianggap sebagai pahlawan keluarga. Namun, mari kita jujur berapa banyak dari kita yang benar-benar menghayati makna Hari Ibu, dibanding hanya sekadar ikut-ikutan tren ucapan di media sosial?

Bagi sebagian anak, Hari Ibu adalah alarm pengingat: “Oh iya, hari ini harus upload foto ibu waktu muda dengan caption bijak!” Atau mungkin Anda termasuk golongan yang lebih pragmatis, cukup dengan berkata, “Selamat Hari Ibu ya, Bu,” sambil berharap senyumnya cukup membatalkan semua utang budi yang belum sempat dibayar.

Tapi, di balik semua drama Hari Ibu, mari kita coba merenung—tentu dengan sedikit bumbu humor—mengapa hari ini sangat penting (dan seringkali penuh dilema bagi anak-anak).

Ibu: Manusia Multitasking yang Tidak Pernah Lulus Training

Sejak zaman purbakala, peran ibu sudah lebih dari sekadar pengasuh. Ibu adalah juru masak, konsultan emosional, akuntan keluarga, guru privat, hingga psikolog dadakan. Semua pekerjaan ini dilakukan tanpa jadwal kerja yang pasti, tanpa bonus akhir tahun, dan tanpa cuti sakit.

Di rumah, ibu adalah bos besar yang tetap turun tangan di semua lini produksi. Kalau mesin cuci rusak, ibu yang sigap mencuci dengan tangan. Kalau nasi gosong, ibu yang pertama mencari solusi kreatif agar nasi hangus terasa seperti nasi goreng. Kalau anak-anak berantem, ibu yang jadi hakim, wasit, sekaligus mediator.

Dan di tengah semua itu, ibu masih sempat bilang: “Kamu makan yang banyak ya, Nak. Jangan sampai kurus.” Padahal, siapa yang lupa makan karena sibuk mengurus kebutuhan kita?

“Nggak Apa-Apa, Ibu Bisa Sendiri”

Ada satu kalimat sakti yang sering keluar dari mulut ibu: “Nggak apa-apa, ibu bisa sendiri.”

Kita tahu itu bohong, tapi tetap saja kita biarkan. Ibu mengangkat galon sendirian? “Ah, ibu kuat.” Ibu menyapu halaman di bawah terik matahari? “Ya udah, dia kan suka bersih-bersih.”

Padahal, di balik kalimat sederhana itu, ada kode darurat yang sebenarnya berbunyi: “Hei, anak-anak, tolong bantu aku sedikit!” Tapi ya namanya juga anak-anak, seringkali kita lebih sibuk dengan ponsel atau hal-hal remeh daripada membantu ibu.

Hari Ibu 2024 ini, mungkin sudah waktunya kita berhenti mengabaikan kode-kode tersembunyi itu.

Kado Hari Ibu: Antara Niat Baik dan Salah Paham

Setiap Hari Ibu, pasti ada yang berpikir keras tentang kado spesial untuk ibu. Bunga, cokelat, atau peralatan dapur baru sering menjadi pilihan standar. Tapi, apakah itu yang benar-benar diinginkan ibu?

Pernahkah Anda memberi ibu wajan baru sebagai hadiah, lalu mendapat respons datar? Itu karena, meskipun ibu sering berada di dapur, bukan berarti wajan adalah benda impian mereka. Kadang, yang mereka butuhkan hanya waktu berkualitas bersama kita.

Jadi, jika tahun ini Anda ingin memberi hadiah untuk ibu, cobalah sesuatu yang sederhana tapi bermakna. Misalnya, luangkan waktu sehari penuh untuk membantu pekerjaan rumah, atau cukup duduk dan mendengarkan cerita mereka tanpa terganggu oleh notifikasi ponsel.

Media Sosial dan Festival Kasih Sayang Instan

Di era digital, Hari Ibu telah berubah menjadi ajang festival unggahan penuh cinta. Semua orang berlomba-lomba menunjukkan foto terbaik bersama ibu mereka, lengkap dengan caption penuh makna.

Namun, seringkali, setelah upload selesai, perhatian kepada ibu pun berakhir. Padahal, Hari Ibu bukan tentang siapa yang punya caption paling menyentuh, melainkan bagaimana kita menunjukkan cinta itu dalam tindakan nyata.

Bayangkan bagaimana perasaan ibu jika, alih-alih sibuk mencari filter Instagram, Anda benar-benar meluangkan waktu untuk menemaninya menonton drama favoritnya. Itu adalah momen yang jauh lebih berharga daripada ribuan like di media sosial.

Ibu di Mata Generasi Baru

Bagi generasi muda, ibu mungkin terlihat seperti sosok kuno yang sering menyuruh kita “cepat menikah” atau “jangan main HP terus.” Tapi, jika kita merenung, ibu sebenarnya adalah versi manusia super yang tetap bertahan meskipun dunia terus berubah.

Mereka mungkin tidak mengerti cara kerja TikTok atau kenapa kita suka pesan makanan lewat aplikasi, tapi mereka selalu berusaha memahami dunia kita. Bahkan, ibu rela belajar teknologi hanya agar bisa tahu apa yang sedang Anda lakukan. Pernahkah Anda mendapat pesan WhatsApp dari ibu seperti ini: “Buatin akun IG dong, Nak. Ibu mau stalking tetangga.”

Itu adalah usaha mereka untuk tetap relevan di kehidupan kita, meskipun seringkali terlihat lucu.

Refleksi Hari Ibu: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Di Hari Ibu 2024 ini, mari kita coba melakukan sesuatu yang benar-benar berarti. Tidak perlu mewah atau rumit. Mulailah dengan hal-hal kecil yang sering kita abaikan:

Dengar dengan sungguh-sungguh. Ibu punya banyak cerita, tapi sering kali kita terlalu sibuk untuk mendengarkan. Luangkan waktu untuk benar-benar mendengar, meskipun ceritanya tentang masa kecil Anda yang sudah diceritakan seribu kali.

Berikan waktu istirahat. Jika biasanya ibu mengurus segala hal, cobalah ambil alih sebagian tanggung jawabnya, setidaknya untuk sehari.

Jujur dan berterima kasih. Kadang, ucapan sederhana seperti “Terima kasih, Bu, untuk semua yang sudah Ibu lakukan,” jauh lebih bermakna daripada kado mahal.

Berikan perhatian setiap hari. Hari Ibu memang spesial, tapi perhatian kepada ibu seharusnya tidak berhenti di tanggal 22 Desember.

 

Akhir Kata: Ibu, Superhero yang Tidak Pernah Pensiun

Hari Ibu adalah pengingat bahwa di balik setiap kesuksesan kita, ada sosok ibu yang selalu mendukung tanpa pamrih. Mereka adalah superhero tanpa jubah, tanpa istirahat, dan tanpa bayaran.

Jadi, mari kita rayakan Hari Ibu dengan cara yang benar-benar bermakna. Bukan hanya dengan unggahan di media sosial, tapi dengan tindakan nyata yang menunjukkan bahwa kita benar-benar peduli. Karena, di dunia ini, tidak ada cinta yang lebih tulus daripada cinta seorang ibu.

Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2024!

 

Penulis:

Benny Syuhada

Duta Damai BNPT RI Regional Aceh