Setiap tanggal 3 Januari, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) merayakan Hari Amal Bhakti (HAB). Sebuah momen yang seharusnya mengingatkan kita akan pentingnya peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi, mari kita akui, Hari Amal Bhakti sering kali luput dari radar perhatian publik. Jangan-jangan, sebagian besar dari kita baru sadar ada peringatan ini setelah melihat hashtag #HariAmalBhakti trending di media sosial.
Kemenag: Biro Jodoh atau Penjaga Kedamaian?
Kemenag selama ini identik dengan dua hal: menikahkan pasangan dan mengurus ibadah haji. Bahkan, banyak yang bercanda bahwa Kemenag adalah “biro jodoh resmi” negara. Tapi tunggu dulu, peran Kemenag jauh lebih besar daripada sekadar membantu kamu yang bimbang antara nikah indoor atau outdoor.
Hari Amal Bhakti adalah pengingat bahwa Kemenag bertugas menjaga harmoni antarumat beragama. Ini bukan tugas yang mudah, terutama di zaman sekarang, di mana netizen lebih cepat tersulut emosi dibandingkan menyalakan kompor. Kemenag harus bekerja ekstra keras untuk menjaga agar perbedaan keyakinan tidak berubah menjadi ajang debat panas di kolom komentar.
HAB: Seremonial atau Momentum Refleksi?
Biasanya, peringatan HAB diisi dengan upacara, pemberian penghargaan, dan pidato yang penuh dengan kata-kata bijak. Namun, mari kita jujur, apakah itu cukup menarik perhatian masyarakat? Atau malah membuat sebagian dari kita mengantuk di tengah jalan? Mungkin sudah waktunya HAB dikemas dengan cara yang lebih segar dan relevan untuk generasi muda.
Bagaimana kalau kita adakan lomba video kreatif dengan tema “Agama sebagai Perekat Bangsa”? Bayangkan anak-anak muda berlomba membuat konten TikTok yang menggambarkan toleransi beragama. Tidak hanya edukatif, tapi juga menghibur. Siapa tahu, ini bisa jadi langkah awal untuk mengubah stigma bahwa agama adalah sumber konflik menjadi agama sebagai sumber kedamaian.
Humor: Bahasa Universal yang Merangkul Semua
Salah satu cara paling efektif untuk menyentuh hati masyarakat adalah dengan humor. Tidak percaya? Coba bayangkan acara HAB yang diisi dengan stand-up comedy bertema kehidupan beragama. Seorang komika bisa bercerita tentang pengalamannya saat berusaha memahami perbedaan tata cara ibadah antaragama, lengkap dengan kejadian-kejadian lucu yang membuat kita tersenyum sekaligus merenung.
Misalnya, bagaimana seorang Muslim bingung saat pertama kali diajak menghadiri misa di gereja, atau seorang non-Muslim yang penasaran dengan suara adzan subuh tapi akhirnya tidur lagi karena dingin. Humor seperti ini bukan hanya menghibur, tapi juga mengajarkan kita untuk melihat perbedaan dengan sudut pandang yang lebih santai dan penuh kasih.
Mengapa Generasi Muda Harus Peduli?
Di era digital ini, generasi muda sering kali dianggap apatis terhadap isu-isu agama. Namun, kenyataannya, mereka hanya butuh pendekatan yang lebih relevan. Jika HAB ingin menarik perhatian milenial dan Gen Z, maka peringatan ini harus “masuk” ke dunia mereka. Selain lomba video kreatif, Kemenag juga bisa mengadakan diskusi daring dengan topik-topik yang sedang hangat di kalangan anak muda, seperti Bagaimana Menjaga Toleransi di Dunia Digital?
Selain itu, jangan lupa untuk memanfaatkan media sosial. Bayangkan jika Kemenag punya akun TikTok resmi yang memuat konten edukasi agama dengan gaya yang santai dan lucu. Siapa tahu, konten seperti ini bisa membantu mengurangi kesalahpahaman antarumat beragama dan menciptakan suasana yang lebih harmonis.
Hari Amal Bhakti sebagai “Hari Damai Nasional”
Jika dipikir-pikir, Hari Amal Bhakti seharusnya tidak hanya menjadi milik Kemenag, tapi juga milik seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah momen yang tepat untuk mengingatkan bahwa agama adalah tentang cinta, kasih, dan perdamaian. Kita bisa menjadikan HAB sebagai “Hari Damai Nasional,” di mana semua orang, tanpa memandang agama atau keyakinan, berkomitmen untuk menciptakan kedamaian di komunitas mereka masing-masing.
Bayangkan jika pada tanggal 3 Januari, semua orang di Indonesia saling berbagi cerita positif tentang bagaimana agama telah membawa mereka ke arah yang lebih baik. Cerita-cerita ini bisa diunggah di media sosial dengan hashtag #HariDamaiNasional. Tentu saja, akan lebih menarik jika cerita tersebut disertai dengan meme lucu atau ilustrasi yang menggelitik.
Refleksi: Kemenag sebagai “Influencer” Kedamaian
Di tengah gempuran informasi negatif dan konflik yang sering kali melibatkan isu agama, Kemenag punya tugas besar untuk menjadi “influencer” kedamaian. Bukan dengan drama atau kontroversi, tapi dengan aksi nyata yang menyatukan masyarakat. Hari Amal Bhakti adalah panggung yang sempurna untuk menunjukkan bahwa agama, dalam segala bentuknya, adalah jembatan, bukan tembok.
Namun, peran ini tidak bisa dimainkan oleh Kemenag saja. Kita semua, sebagai bagian dari masyarakat, punya tanggung jawab untuk menjaga semangat toleransi dan kedamaian. Jadi, mari kita jadikan Hari Amal Bhakti sebagai momentum untuk lebih peduli terhadap sesama, apa pun agama atau keyakinannya.
Penutup: Ketika HAB Jadi Viral
Bayangkan jika suatu hari, Hari Amal Bhakti Kementerian Agama menjadi trending topic yang positif di media sosial. Bukan karena kontroversi, tapi karena kampanye damai yang menginspirasi. Bayangkan jika semua orang, dari berbagai latar belakang, bersatu untuk merayakan kedamaian. Bukankah itu tujuan sejati dari Hari Amal Bhakti?
Jadi, mari kita sambut HAB tahun ini dengan cara yang lebih segar, relevan, dan penuh semangat. Karena pada akhirnya, agama bukan hanya tentang ritual, tapi juga tentang bagaimana kita saling menghormati, mengasihi, dan menjaga kedamaian. Dan siapa tahu, dengan sedikit humor dan kreativitas, Hari Amal Bhakti bisa menjadi perayaan yang tidak hanya menginspirasi, tapi juga membuat kita semua tersenyum. Selamat Hari Amal Bhakti!
Penulis :
Benny Syuhada – Duta Damai BNPT RI Regional Aceh