free page hit counter

Hari Nusantara 2024: Ketika Laut Kita Jadi Inspirasi dan Peringatan

Duta Damai BNPT RI Regional Aceh – Hari Nusantara kembali hadir, teman-teman! Tanggal 13 Desember, momen istimewa ini mengingatkan kita pada identitas Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Tapi, mari kita jujur sejenak: seberapa banyak dari kita yang ingat bahwa Hari Nusantara itu ada? Jangan-jangan, sebagian besar hanya tahu tanggal ini karena ada diskon tiket kapal feri atau promo seafood di aplikasi pesan antar.Nah, untuk kali ini, mari kita bahas Hari Nusantara dengan gaya santai dan penuh humor. Karena apa gunanya jadi negara maritim kalau kita nggak bisa bercanda tentang laut, kapal, dan cerita-cerita lucu para nelayan?

Nusantara: Lebih dari Sekadar Pulau-PulauKita semua tahu bahwa Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau. Tapi, pertanyaan sebenarnya adalah: siapa yang sudah hafal nama semua pulau itu? Jawabannya, mungkin hanya ahli geografi, pemerintah, dan orang yang terlalu banyak waktu luang.Namun, jumlah pulau yang fantastis ini juga menjadi simbol keberagaman Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, ada begitu banyak budaya, bahasa, dan tradisi yang membuat Indonesia luar biasa. Tapi, mari kita akui, keberagaman ini juga bisa membingungkan. Misalnya, di satu pulau, “nasi” berarti beras, tapi di pulau lain, “nasi” bisa berarti jagung. Kalau nggak hati-hati, kita bisa salah paham saat pesan makan.

Laut: Jantung Nusantara yang Kadang TerlupakanSebagai negara kepulauan, laut adalah jantung dari Nusantara. Tapi, ironisnya, laut sering kali dianggap hanya sebagai tempat rekreasi atau sumber foto estetik untuk Instagram. Padahal, laut adalah sumber kehidupan. Dari sana kita mendapatkan ikan, rumput laut, dan, tentu saja, cerita mistis tentang kapal hantu yang bikin bulu kuduk merinding.Namun, ada juga sisi tragisnya. Laut kita sering jadi tempat sampah raksasa. Sedih rasanya melihat botol plastik dan kantong kresek mengapung di antara karang-karang indah. Jadi, di Hari Nusantara ini, mari kita renungkan: apakah kita sudah cukup menghargai laut, atau masih sering membuang sampah sembarangan dengan alasan “toh, nanti tenggelam sendiri”?

Transportasi Laut: Antara Nostalgia dan KeteganganBicara soal Nusantara, tidak lengkap tanpa membahas transportasi laut. Siapa yang pernah naik kapal feri sambil memegang erat tiket, takut tercecer? Atau, siapa yang pernah deg-degan karena ombak besar membuat kapal bergoyang seperti wahana di taman bermain? Pengalaman naik kapal ini memang penuh warna—dari antrean panjang, lagu dangdut di dek, hingga perasaan lega saat akhirnya tiba di pelabuhan tujuan.Namun, transportasi laut juga punya tantangan tersendiri. Fasilitas yang kadang kurang memadai, waktu tempuh yang lama, dan tiket yang tiba-tiba naik saat libur panjang. Tapi di situlah letak romantisme Nusantara: perjalanan laut adalah pengingat bahwa kita harus sabar dan menikmati proses, bukan hanya fokus pada tujuan.

Kuliner Nusantara: Cita Rasa dari LautanLaut kita tidak hanya menawarkan keindahan, tapi juga kuliner yang menggugah selera. Dari ikan bakar khas Manado, sup kepala ikan Makassar, hingga sate lilit Bali, semuanya membuat lidah bergoyang. Tapi, jangan lupa, ada juga cerita lucu di balik kuliner laut ini.Misalnya, pernahkah Anda membeli ikan segar di pasar hanya untuk mendapati ikan itu tidak segar sama sekali? Atau, siapa yang pernah tertipu membeli “udang jumbo” yang ternyata lebih kecil dari harapan? Pengalaman-pengalaman ini adalah bagian dari dinamika Nusantara yang membuat hidup lebih menarik (dan kadang bikin dompet menangis).

Tantangan Nusantara: Dari Abrasi hingga AmbisiMeski kita bangga dengan status sebagai negara maritim, Nusantara juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah abrasi yang mengancam garis pantai kita. Abrasi ini sering kali diabaikan karena tidak terlihat langsung, padahal dampaknya sangat serius. Tapi, ironisnya, kita lebih sering membicarakan drama sinetron daripada nasib pulau-pulau kecil yang perlahan tenggelam.Selain itu, ada juga ambisi untuk mengembangkan potensi maritim. Pemerintah terus mendorong pembangunan pelabuhan, sektor perikanan, dan pariwisata bahari. Tapi, mari kita akui, sering kali ambisi ini lebih cepat dari kesiapan infrastruktur. Jadi, di Hari Nusantara ini, mari kita dorong keseimbangan antara ambisi dan realitas.

Romansa Nusantara: Kisah-Kisah di Tepian LautLaut dan pulau-pulau Nusantara adalah saksi bisu dari banyak cerita romantis. Dari pasangan yang bertemu di dermaga hingga keluarga nelayan yang berkumpul setiap pagi untuk menyambut hasil tangkapan, semuanya menunjukkan betapa laut adalah bagian penting dari kehidupan kita.Tapi, ada juga sisi komedi dari cerita-cerita ini. Misalnya, pasangan yang berencana piknik romantis di pantai tapi malah terjebak hujan badai. Atau, kisah anak muda yang ingin melamar kekasihnya di atas kapal, tapi cincinnya jatuh ke laut. Nusantara memang penuh kejutan, baik yang manis maupun yang menggelitik.

Harapan untuk Nusantara 2024 dan SeterusnyaDi Hari Nusantara ini, mari kita renungkan harapan untuk masa depan. Kita ingin laut yang bersih, transportasi yang lebih baik, dan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya menjaga alam. Tapi harapan ini tidak akan terwujud tanpa tindakan nyata.Sebagai individu, kita bisa mulai dari hal-hal kecil, seperti tidak membuang sampah ke laut, memilih produk ramah lingkungan, dan mendukung usaha lokal di sektor maritim. Karena, pada akhirnya, Nusantara adalah milik kita bersama, dan tanggung jawab untuk menjaganya ada di tangan kita semua.

Penutup: Merayakan Nusantara dengan SenyumanHari Nusantara adalah momen untuk merayakan identitas kita sebagai bangsa maritim. Tapi, ini juga saat yang tepat untuk merenung, tertawa, dan, tentu saja, bertindak. Jadi, mari kita rayakan Hari Nusantara 2024 ini dengan senyuman, karena laut dan pulau-pulau kita adalah anugerah yang luar biasa meski kadang penuh drama.

Selamat Hari Nusantara! Semoga semangat menjaga dan merayakan kekayaan maritim kita terus mengalir seperti ombak di laut biru. 🌊

Penulis :

Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh