free page hit counter

Euforia Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh

Maulid Nabi merupakan perayaan yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Kata “Maulid” berasal dari bahasa Arab yang berarti “kelahiran”. Tradisi ini dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai penghormatan sekaligus untuk mengenang dan mengikuti jejak kehidupan serta ajaran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-10. Meskipun tidak menjadi kewajiban dalam ajaran Islam, tradisi ini telah berkembang di banyak negara Muslim sebagai bentuk kecintaan terhadap Rasulullah. Tujuan utamanya adalah untuk mengingatkan umat Islam akan keutamaan akhlak dan perjuangan Nabi dalam menyebarkan agama Islam. Berikut beberapa penjabaran lain tentang makna dan hikmah Maulid Nabi :

  1. Menghormati Kelahiran Nabi Muhammad: Maulid Nabi merupakan momen bagi umat Islam untuk mengenang Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang menyebarkan ajaran Islam.
  2. Mencontoh Akhlak Mulia Nabi: Nabi Muhammad dikenal memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, amanah, rendah hati, dan penuh kasih sayang. Peringatan ini mengingatkan umat untuk meneladani sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Meningkatkan Kecintaan kepada Rasulullah: Dengan memperingati Maulid Nabi, umat Islam diajak untuk menumbuhkan rasa cinta dan penghormatan yang lebih mendalam kepada Nabi Muhammad serta memperkuat iman terhadap ajarannya.

Di berbagai daerah, Maulid Nabi dirayakan dengan cara yang berbeda-beda. Umumnya, umat Islam mengadakan pengajian, sholawat bersama, dan pembacaan kisah kehidupan Nabi. Beberapa daerah bahkan menggelar parade dan kegiatan sosial untuk memperingati hari istimewa ini.Tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh memiliki ciri khas tersendiri dan dirayakan dengan meriah dan penuh kebersamaan. Tradisi utama yang dilakukan adalah kenduri besar yang dikenal sebagai Khanduri Maulid dimana masyarakat berkumpul untuk mengadakan kenduri besar dengan berbagai hidangan khas Aceh seperti nasi minyak, gulai kambing, dan ayam tangkap, yang disiapkan secara bersama oleh penduduk setempat.

Perayaan Maulid di Aceh tidak hanya berlangsung selama satu hari, tetapi dapat berlanjut hingga tiga bulan, dari Rabiul Awal hingga Rabiul Akhir. Selama periode ini, desa-desa bergiliran mengadakan kenduri, pengajian, dan kegiatan lainnya.Selama perayaan, masyarakat sering melantunkan sholawat dan membaca hikayat atau syair-syair tentang kehidupan Nabi Muhammad. Acara juga mencakup Peusijuk (tepung tawar) sebagai simbol doa keselamatan. Di beberapa daerah, pawai atau arak-arakan diadakan untuk merayakan Maulid dengan penuh semangat.

Selain itu, ceramah agama dan pengajian sering diselenggarakan untuk mengingatkan umat akan pentingnya meneladani akhlak Nabi. Peringatan Maulid juga menjadi kesempatan untuk berbagi, dengan memberikan santunan kepada yatim piatu dan fakir miskin. Secara keseluruhan, perayaan Maulid di Aceh melampaui sekadar upacara keagamaan yang memiliki makna sebagai ajang mempererat hubungan sosial dan menanamkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.

 

Penulis :

 

Melsa Rayan Sari

Sekretaris Duta Damai BNPT RI Regional Aceh