Duta Damai BNPT RI Regional Aceh – Tanggal 5 Desember adalah Hari Sukarelawan Internasional, hari di mana dunia mengingat dan merayakan jasa orang-orang yang bekerja keras tanpa dibayar. Luar biasa, bukan? Di tengah dunia yang serba komersial ini, masih ada orang-orang yang rela memberikan waktu, tenaga, dan hati mereka tanpa berharap imbalan. Tapi, tunggu dulu, ada banyak hal menarik bahkan lucu tentang menjadi sukarelawan yang patut kita renungkan di hari spesial ini.
Sukarelawan: Antara Ikhlas dan Sekadar Ikut-IkutanBicara soal sukarelawan, pertanyaan pertama yang muncul biasanya, “Kenapa mau capek-capek tanpa dibayar?” Jawabannya sering klise, seperti, “Saya ingin membantu sesama.” Tapi kalau diteliti lebih dalam, sering ada alasan lain di baliknya. Ada yang ingin mengisi waktu luang, ada yang ingin menambah pengalaman untuk CV, dan ada juga yang cuma ikut-ikutan teman.Bayangkan ini: sebuah acara sosial mengumumkan perekrutan sukarelawan. Awalnya hanya sedikit yang daftar. Tapi setelah diumumkan bahwa akan ada kaos gratis dan sertifikat keren untuk portofolio, mendadak jumlah pendaftar melonjak!
Apakah itu salah? Tidak juga. Motivasi setiap orang berbeda, dan selama hasil akhirnya bermanfaat bagi masyarakat, ya, kenapa tidak? Yang penting jangan sampai motifnya sekadar untuk konten media sosial, sementara kerja nyata di lapangan nihil.
Tantangan di Lapangan: Antara Harapan dan RealitaMenjadi sukarelawan itu terdengar heroik, tapi kenyataannya tidak selalu mulus. Di atas kertas, tugas sukarelawan sering digambarkan dengan kalimat seperti, “Membantu mendistribusikan bantuan.” Namun di lapangan? Anda bisa berakhir mengangkat karung beras seberat badan sendiri atau bertugas menghibur anak-anak dengan energi yang lebih besar dari badut sirkus.Ada juga cerita sukarelawan yang berharap terlibat dalam kegiatan “penting,” tapi akhirnya diminta mengatur kursi atau jadi pengambil foto. Tugas-tugas kecil seperti ini sering dianggap remeh, padahal justru jadi fondasi keberhasilan acara. Tapi ya, namanya manusia, ada saja yang mengeluh, “Ini sih bukan sukarelawan, ini kerja rodi!”Yang lebih lucu adalah dinamika antar-sukarelawan. Ketika tim besar dengan latar belakang yang beragam berkumpul, jangan kaget jika ada drama kecil seperti perebutan siapa yang jadi pemimpin tim atau adu argumen soal cara terbaik mendekorasi panggung. Karena ternyata, bahkan di dunia sukarelawan, ego masih bisa berperan.
Sukarelawan dan Kearifan LokalDi Indonesia, konsep sukarelawan sebenarnya sudah mengakar sejak lama. Budaya gotong royong adalah bentuk sukarelawan paling sederhana yang sering kita jumpai. Dari membantu tetangga yang menikah hingga kerja bakti membersihkan lingkungan, semua dilakukan tanpa pamrih.Namun, era digital membawa perubahan. Gotong royong ala modern sekarang sering berbasis aplikasi. Ada platform yang mempertemukan sukarelawan dengan proyek-proyek sosial. Ini sangat membantu, tapi kadang jadi terasa “kurang hangat.” Misalnya, gotong royong membersihkan sungai dulu adalah momen untuk bercanda sambil nyemplung ke air. Sekarang? Semua sibuk merekam dan mengunggah ke media sosial.
Sukarelawan Online: Pahlawan Era DigitalEra teknologi juga melahirkan sukarelawan jenis baru: sukarelawan online. Mereka adalah orang-orang yang bekerja dari rumah dengan laptop atau ponsel, membantu kampanye sosial, membuat desain grafis, atau menulis artikel untuk organisasi nirlaba.Tantangan sukarelawan online adalah kurangnya interaksi manusia langsung. Tidak ada makan siang bersama, tidak ada cerita seru di lapangan, hanya notifikasi tugas di email. Tapi jangan salah, kontribusi mereka tetap besar, bahkan kadang lebih efisien daripada yang bekerja di lapangan.Namun, ada satu kebiasaan yang lucu dari sukarelawan online: mereka sering kebingungan menjelaskan apa yang mereka lakukan kepada orang tua mereka.
“Jadi kamu kerja apa?” tanya ibu.“Aku sukarelawan online, Bu.”Dan ibu akan menjawab, “Kok nggak ada seragamnya?”
Penghargaan untuk Sukarelawan: Penting Tapi Kadang AbsurdPernah mendengar kisah sukarelawan yang dijanjikan penghargaan spesial tapi akhirnya hanya mendapat sertifikat digital? Hal ini sebenarnya tidak masalah, tapi kadang cara penyampaiannya bisa sangat menggelitik. Contohnya, “Untuk jasamu yang tak ternilai, kami memberikan penghargaan berupa file PDF.”Di sisi lain, ada juga acara penghargaan untuk sukarelawan yang dibuat terlalu mewah. Bayangkan, sukarelawan yang terbiasa bekerja dengan sepatu butut dan baju lusuh, tiba-tiba harus memakai gaun pesta untuk menerima plakat. Bukankah lebih baik uang untuk acara itu digunakan untuk program sosial berikutnya?
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Sukarelawan?Dari semua cerita dan humor seputar sukarelawan, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil:
- Kerja Kecil, Dampak Besar: Tugas sederhana seperti mengatur kursi atau membagi makanan mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya bisa sangat besar.
- Ikhlas Itu Proses: Tidak semua orang mulai menjadi sukarelawan dengan niat murni. Tapi dengan terlibat, banyak yang akhirnya benar-benar merasakan kepuasan dari membantu orang lain.
- Hargai Waktu dan Tenaga: Sukarelawan adalah orang yang mengorbankan waktu dan tenaga mereka. Jangan sampai semangat mereka redup karena kurangnya apresiasi.
- Humor adalah Kunci: Bahkan di tengah tugas yang berat, humor bisa menjadi perekat tim dan penghilang stres.
Hari Sukarelawan: Merayakan atau Refleksi?Hari Sukarelawan Internasional bukan hanya soal merayakan jasa mereka, tapi juga momen untuk refleksi. Apakah kita sudah cukup mendukung mereka? Apakah program sosial kita sudah tepat sasaran? Dan yang tak kalah penting, apakah kita sendiri sudah memberi kontribusi pada masyarakat, sekecil apa pun itu?Jadi, di Hari Sukarelawan Internasional ini, mari kita angkat topi untuk mereka. Pahlawan tanpa jubah, tapi sering memakai kaos event. Mereka yang bekerja keras di balik layar, tanpa sorotan kamera. Mereka yang menunjukkan bahwa dunia ini masih punya harapan, satu langkah kecil setiap harinya.Dan jika Anda belum pernah menjadi sukarelawan, mungkin ini saat yang tepat untuk mencoba. Ingat, tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil atau terlalu sederhana, selama itu dilakukan dengan hati. Selamat Hari Sukarelawan Internasional!
Penulis :
Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh