Hari Gerakan Satu Juta Pohon adalah momen tahunan yang seharusnya penuh kesadaran lingkungan. Namun, mari jujur—seberapa sering kita mendengar tentang peringatan ini di media sosial dibandingkan tren terbaru tentang kucing lucu atau filter selfie yang bikin wajah mulus sehalus daun mangga?
Mari kita bahas isu ini dengan sedikit tawa dan refleksi.
Satu Juta Pohon, Tapi Dimulai dari Mana?
Setiap tahun, kita mendengar slogan, “Tanam pohon untuk masa depan.” Kalimat ini terdengar megah, tetapi pertanyaannya: siapa yang benar-benar menanam? Apakah kita pernah menghitung berapa pohon yang sudah kita tanam sendiri? Atau jangan-jangan kita malah lebih sering menebang, walaupun cuma pohon harapan mantan?
Misalnya, setiap kali ada acara tanam pohon, antusiasme tinggi foto bareng bibit pohon, senyum lebar, caption Instagram, “Save Earth, Plant Trees.” Tapi, beberapa minggu kemudian, bibit itu mungkin sudah jadi sarang tikus karena lupa disiram. Jangan salahkan pohonnya kalau dia gagal tumbuh, salahkan tangan kita yang lebih sibuk scroll TikTok daripada pegang selang air.
Sebuah Kecintaan pada Oksigen
Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa oksigen, dan itu fakta. Namun, apakah kita benar-benar menghargai sumber oksigen kita? Kalau pohon bisa bicara, mungkin dia sudah protes keras karena manusia lebih sering memuji AC daripada dedaunan rindang. Bayangkan pohon berkata, “Bro, gue yang bikin udara segar, bukan mesin pendinginmu!”
Dan mari kita bahas ironi kota besar. Ketika polusi semakin tebal seperti kabut pagi, kita buru-buru membeli masker canggih, lupa bahwa solusi sesungguhnya adalah lebih banyak pohon. Tetapi, siapa peduli solusi murah kalau ada alasan untuk beli gadget keren, bukan?
Influencer Lingkungan vs Influencer Diskon
Kampanye lingkungan sering kali kalah saing dengan promo diskon di e-commerce. Padahal, kalau kita pikir-pikir, bumi ini sedang dalam “flash sale oksigen” karena pohon-pohon ditebang terus-menerus. Coba bayangkan jika pohon punya influencer: “Hey guys, jangan lupa tanam pohon hari ini. Setiap bibit yang tumbuh, kalian dapat cashback oksigen 100%!”
Tapi kenyataannya, kita lebih sering melihat influencer mempromosikan skincare daripada berbicara tentang pentingnya menjaga tanah subur. Mungkin ini saatnya menciptakan kampanye, “Cintai pohonmu seperti mencintai wajah glowing-mu.”
Pohon sebagai Sahabat Manusia
Pernahkah kita melihat pohon sebagai sahabat? Pohon tidak pernah menghakimi. Dia tidak peduli apakah kita berbadan kurus atau gemuk, kaya atau miskin. Dia hanya memberi naungan, oksigen, dan terkadang buah, meski kita jarang membalas kebaikannya.
Namun, apa balasan manusia? Menebang pohon untuk membuat lahan parkir. Ironisnya, kendaraan yang diparkir justru menjadi penyumbang polusi terbesar. Lingkaran setan ini terus berputar, dan pohon hanya bisa berbisik, “Manusia, kapan kamu sadar?”
Kenangan di Bawah Pohon
Siapa di antara kita yang tidak punya kenangan manis di bawah pohon? Entah itu bermain layangan, membaca buku, atau sekadar berteduh dari teriknya matahari. Namun, pohon-pohon yang pernah menjadi saksi bisu kebahagiaan kita kini mulai menghilang.
Mungkin inilah saatnya kita bertanya, “Bagaimana caranya mengembalikan pohon-pohon itu?” Tentu saja jawabannya bukan dengan menanam satu juta pohon dalam sehari, tetapi dengan langkah kecil: tanam satu pohon di halaman rumah, sirami setiap pagi, dan jaga seperti menjaga tanaman hias kesayangan.
Komedi Pohon Masa Depan
Bayangkan jika pohon punya kecerdasan buatan seperti manusia. Mereka mungkin akan membuat aplikasi seperti “TreeBook,” tempat pohon bisa berbagi pengalaman:
- “Hari ini saya ditebang tanpa izin.”
- “Foto selfie terakhir sebelum terbakar di hutan.”
- “Ketemu bibit soulmate di kebun kota!”
Lucu sekaligus menyedihkan, bukan?
Harapan di Balik Gerakan
Terlepas dari segala kejenakaan ini, Gerakan Satu Juta Pohon sebenarnya membawa pesan penting: bumi kita butuh pertolongan. Bukan dari superhero Marvel, tetapi dari kita semua.
Mulai dari langkah kecil:
- Tanam satu pohon, ajak tetangga, dan jadikan kegiatan ini tradisi tahunan.
- Kurangi penggunaan barang-barang yang tidak ramah lingkungan.
- Berhenti melihat pohon sebagai “penghalang pembangunan,” tetapi sebagai “pondasi kehidupan.”
Penutup yang Menggelitik
Akhirnya, mari kita rayakan Hari Gerakan Satu Juta Pohon dengan cara yang unik bukan hanya dengan kata-kata manis, tetapi dengan aksi nyata. Jangan sampai slogan tahun depan berubah menjadi, “Satu Juta Pohon, Tinggal Sejuta Penyesalan.”
Ingat, pohon bukan hanya hiasan, tetapi alasan kita bisa hidup. Jadi, kapan terakhir kali kamu memeluk pohon? Kalau belum, cobalah sekali-kali. Siapa tahu, dia lebih setia daripada mantanmu.
Penulis :
Benny Syuhada – Duta Damai BNPT RI Regional Aceh