free page hit counter

Peringatan Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2024: Saatnya Belajar dari Alam, Jangan Cuma Mengunggah Doa

Setiap tanggal 26 Desember, masyarakat Aceh dan dunia mengenang salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah: gempa dan tsunami tahun 2004. Tragedi ini menyisakan luka mendalam sekaligus pelajaran besar bagi kita semua. Namun, di tahun 2024 ini, bagaimana kita sebaiknya memaknai peringatan ini? Apakah cukup dengan mengunggah doa di media sosial atau mungkin perlu langkah konkret agar kita benar-benar siap menghadapi bencana serupa?Dengan sedikit humor untuk meringankan suasana, mari kita telusuri berbagai sisi dari peringatan ini, mulai dari refleksi mendalam hingga kebiasaan lucu yang sering kita temui dalam menghadapi isu bencana.

Refleksi: Alam Itu Guru yang TegasJika ada pelajaran penting dari gempa dan tsunami Aceh, itu adalah bahwa alam tidak pernah bercanda. Saat air laut tiba-tiba surut, itu bukan momen untuk selfie. Namun, pada kenyataannya, banyak dari kita yang justru lebih sibuk merekam fenomena alam daripada menyelamatkan diri.Tsunami adalah pengingat bahwa teknologi secanggih apapun tidak akan berguna jika kita tidak tahu cara membaca tanda-tanda alam. Jadi, mari kita jadikan peringatan tahun ini sebagai momentum untuk lebih peduli pada edukasi mitigasi bencana.

Simulasi Bencana: Antara Serius dan KocakPernahkah Anda ikut simulasi bencana? Di atas kertas, ini adalah kegiatan serius untuk melatih kita menghadapi gempa atau tsunami. Namun, kenyataannya sering kali lebih mengundang tawa. Ada yang malah sibuk selfie di titik evakuasi, ada juga yang bingung mencari sepatu karena panik.Tahun 2024 ini, mungkin sudah waktunya kita memperbaiki mindset soal simulasi bencana. Ini bukan sekadar latihan formalitas, melainkan kesempatan untuk belajar menyelamatkan diri dan keluarga. Jangan sampai, saat bencana sungguhan datang, kita malah sibuk mencari power bank untuk memastikan ponsel tetap menyala.

Media Sosial: Tempat Berkabung atau Panggung Drama?Setiap 26 Desember, timeline media sosial pasti dipenuhi oleh unggahan doa, foto, atau video dokumentasi tsunami Aceh. Ini adalah bentuk penghormatan, dan itu sangat baik. Namun, ada juga yang memanfaatkan momen ini untuk menarik perhatian, lengkap dengan caption dramatis yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan bencana.Contohnya, “Tsunami Aceh adalah pengingat bahwa kita harus saling mencintai. BTW, ini foto saya di pantai Bali minggu lalu.” Apa hubungannya? Kalau ingin menghormati tragedi, lakukanlah dengan tulus, bukan dengan mencari like semata.

Peringatan Tsunami: Dari Kenangan hingga Kebiasaan BaruSalah satu dampak positif dari peristiwa tsunami Aceh adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana. Kini, banyak daerah di Indonesia yang sudah memiliki sirene peringatan dini, jalur evakuasi, dan tempat aman untuk berlindung.Namun, seperti biasa, kita juga punya kebiasaan unik. Misalnya, ada yang menjadikan jalur evakuasi sebagai tempat nongkrong, atau malah menyalahgunakan sirene peringatan untuk acara-acara tertentu. Ini lucu sekaligus ironis. Jalur evakuasi itu bukan untuk konten Instagram, dan sirene tsunami bukan pengganti klakson pawai 17 Agustus.

Kekuatan Komunitas: Gotong Royong Melawan TsunamiJika ada satu hal yang luar biasa dari tragedi tsunami Aceh, itu adalah bagaimana komunitas saling bahu-membahu untuk pulih. Dari membangun kembali rumah hingga memberikan dukungan psikologis, semangat gotong royong menjadi kekuatan utama.Namun, tahun 2024 ini, mari kita refleksikan: apakah semangat gotong royong itu masih ada? Atau jangan-jangan, kita lebih sibuk dengan urusan pribadi hingga lupa bahwa bencana adalah tanggung jawab bersama?

Edukasi untuk Generasi Z dan AlphaBagi generasi yang lahir setelah tahun 2004, tsunami Aceh mungkin hanya cerita sejarah. Mereka tidak merasakan langsung kepanikan, kehilangan, atau perjuangan untuk bangkit. Oleh karena itu, peringatan ini penting untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya kesadaran bencana.Namun, pendekatan edukasi juga harus kreatif. Generasi ini tidak akan tertarik pada seminar panjang atau video dokumenter yang membosankan. Mungkin, kita perlu membuat konten edukasi dalam format TikTok atau game simulasi. Bayangkan jika ada game “Evakuasi Tsunami Simulator” itu bukan hanya menghibur, tapi juga mendidik.

Menjaga Lingkungan: Mencegah Bencana dengan Tindakan KecilSalah satu faktor yang memperparah dampak bencana adalah kerusakan lingkungan. Hutan mangrove yang seharusnya menjadi pelindung alami banyak yang hilang karena penebangan liar. Pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang juga memperbesar risiko bencana.Jadi, selain refleksi, peringatan tsunami juga seharusnya menjadi momen untuk memperbaiki hubungan kita dengan alam. Mulailah dari hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mendukung reboisasi, atau memilih gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Humor sebagai Pengingat: Karena Serius Tidak Harus Selalu TegangDi tengah tragedi, humor sering menjadi mekanisme bertahan hidup. Banyak cerita dari korban tsunami Aceh yang, meskipun tragis, juga mengandung sisi lucu. Misalnya, ada yang berlari ke tempat tinggi tanpa sadar masih memakai helm sepeda motor. Atau ada yang menyelamatkan ayam peliharaan sambil lupa membawa dompet.Humor ini bukan untuk mengecilkan arti tragedi, tapi untuk menunjukkan bahwa di balik kesedihan, manusia selalu punya cara untuk bertahan.

Peringatan Tahun 2024: Apa yang Bisa Kita Lakukan?Di peringatan tsunami Aceh ke-20 ini, ada banyak hal yang bisa kita lakukan:

  1. Mengikuti simulasi dengan serius. Jangan hanya datang untuk foto bersama atau makan gratis. Anggap ini sebagai latihan nyata untuk menyelamatkan diri.
  2. Mengedukasi diri dan orang lain. Cari tahu apa yang harus dilakukan saat gempa atau tsunami terjadi, dan bagikan informasi itu kepada keluarga dan teman-teman.
  3. Menghormati dengan tulus. Jika ingin mengunggah sesuatu di media sosial, pastikan itu bermakna dan tidak berlebihan.
  4. Berbuat nyata untuk lingkungan. Jadikan peringatan ini sebagai momen untuk memulai kebiasaan baik, seperti menanam pohon atau mengurangi penggunaan plastik.
  5. Mengenang dengan tindakan positif. Donasikan sebagian rejeki Anda untuk program-program mitigasi bencana atau komunitas yang masih membutuhkan bantuan.

Akhir Kata: Jangan Tunggu Bencana untuk PeduliGempa dan tsunami Aceh adalah pengingat bahwa hidup ini penuh ketidakpastian. Namun, daripada takut, mari kita gunakan peringatan ini untuk lebih siap dan lebih peduli.Karena pada akhirnya, bencana bukan hanya soal alam yang marah, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai manusia belajar untuk hidup selaras dengan lingkungan. Selamat mengenang 20 tahun tsunami Aceh, dan semoga kita semua terus belajar untuk menjadi lebih baik.

 

Penulis :

Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh