free page hit counter

Perempuan Menyapa Damai, Perempuan Berdaya, menuju Indonesia Emas 2045

Berbicara perihal perdamaian, hal pertama yang kita pikirkan adalah permasalahan tentang diplomasi, serta perjanjian atau negosiasi politik. Namun, bagi penulis, perdamaian merupakan sesuatu yang dimulai dari hal hal terkecil, dari lingkungan yang kita anggap sepele seperti keluarga, kelompok sosial atau komunitas, dan bahkan dari hati kita sendiri. Dan disinilah peran sebagai perempuan menjadi sangat penting.

Sebagai perempuan, penulis yakin bahwa kita memiliki kemampuan untuk membangun jembatan yang nantinya akan menghasilkan harmoni. Di rumah, kita menjadi penopang cinta dan kasih sayang, pengampunan, dan persatuan tujuan. Di masyarakat kita adalah suara yang mampu memberi solusi dari permasalahan dan siap merangkul setiap perbedaan. Namun walaupun dengan segala potensi ini, tak jarang suara perempuan dikesampingkan dalam pengambilan keputusan penting mengenai perdamaian dan masa depan bangsa. 

  • Perempuan Sebagai Penjaga Harmoni 

Perempuan cenderung menjadi orang pertama yang membangun perdamaian,meskipun tidak selalu demikian. Dalam keluarga, kita adalah guru pertama bagi anak anak kita tentang toleransi dan cinta dalam beragama. Dalam masyarakat, kita adalah agen aktif dalam memastikan kohesi sosial, terutama di tengah konflik. Namun,  yang paling penulis sayangkan adalah bagaimana suara perempuan menjadi suara yang terkadang terabaikan dalam forum yang mengusung perdamaian.

Padahal,  pengalaman hidup perempuan sering bisa memberikan sudut pandang yang berbeda dengan yang dimiliki banyak pihak. Penulis percaya bahwa jika perempuan diberikan banyak waktu dalam dialog perdamaian, hasilnya akan jauh lebih luas dalam ruang lingkup dan lebih baik dalam keberlanjutan. Contoh nya bisa kita lihat di Aceh pasca tsunami. Perempuan Aceh menjalankan peran dalam rekonsilasi sosial yang dihancurkan oleh konflik dan bencana. Mereka tak hanya membantu pemulihan ekonomi, tapi juga pemulihan hubungan antar kelompok yang telah terganggu.

  • Pemberdayaan Perempuan Untuk Mencapai Perdamaian Berkelanjutan

Pemberdayaan perempuan bukan sekedar menyalurkan hak yang sama, namun juga harus memastikan bahwa mereka juga memiliki alat untuk melahirkan perubahan. Salah satu aspek yang paling penting adalah pendidikan. Penulis percaya bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk perempuan dalam  menjadi agen perubahan. Namun, di Indonesia sendiri banyak perempuan yang dihambat oleh norma sosial budaya, kemiskinan, atau akses yang terbatas. Berdasarkan data dari  UNICEF  1 dari 3 perempuan di Indonesia berisiko putus sekolah.

Padahal perempuan yang berpendidikan akan lebih mungkin memberikan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan solusi, Baik dalam rumah maupun masyarakat. Selain pendidikan,  ekonomi juga menjadi aspek penting dalam hal ini.  Perempuan dengan ekonomi yang berdaya akan lebih memiliki suara yang kuat dalam keluarga dan masyarakat serta dapat berkontribusi pada pemberdayaan sosial. Maka seharusnya, pemerintah dan masyarakat memberikan akses yang lebih memadai untuk perempuan dalam hal modal usaha, pelatihan keterampilan, dan peluang pada pekerjaan.

  • Perdamaian dan Visi Indonesia Emas 2045

Ketika bayangan indonesia emas 2045 berenang dalam imaji penulis, penulis melihat sebuah negara yang tidak hanya maju dari segi ekonomi, tapi juga damai, inklusif, dan pastinya setara. Sebab seperti yang penulis pahami sejak dulu bahwa damai bukan sekedar hidup tanpa adanya konflik, tapi tentang terbentuknya keadilan serta kesempatan yang sama, terutama perempuan.

Bagi penulis perempuan bukan hanya subjek dari pembangunan  bangsa, tapi juga pemimpin yang berani melahirkan perubahan. Saat perempuan di berdayakan mereka tidak sekedar memupuk damai dalam keluarga mereka, namun mereka menciptakan arah yang akan membawa bangsa ke tempat yang lebih baik.  Seperti yang pernah dikatakan Neslon Mandela Memperkuat perempuan adalah cara terbaik untuk memperkuat masyarakat”  kini,  saatnya kita mendeklarasikan perempuan sebagai ujung tombak dalam perjalanan menuju indonesia emas 2045

 

Penulis:  

Riski Mauliana (Pemuda Penggerak Damai)