Pada peringatan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-79 pada tahun 2024, kita dihadapkan dengan berbagai tantangan baru dalam mempertahankan kedaulatan negara. Di tengah perkembangan dunia yang semakin dinamis, urgensi untuk merefleksikan posisi TNI sebagai tentara rakyat semakin relevan. Bagaimana seharusnya TNI memaknai peran sebagai tentara rakyat di era modern ini? Apakah konsep ini masih relevan atau harus dimodifikasi? Opini ini mencoba mengulas lebih dalam tentang pentingnya mempertahankan jati diri TNI sebagai tentara rakyat dalam konteks tantangan dan kebutuhan zaman.
Sejarah dan Filosofi TNI Sebagai Tentara Rakyat Sejak kelahirannya pada 5 Oktober 1945, TNI dibangun atas dasar filosofi bahwa kekuatan militer Indonesia adalah kekuatan rakyat. Dalam sejarahnya, TNI lahir dari pergerakan rakyat yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai salah satu tokoh penting dalam pembentukan TNI selalu menekankan bahwa TNI adalah bagian tak terpisahkan dari rakyat. Tentara dibentuk dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pandangan ini mengakar dalam konsep Tri Dharma Eka Karma yang memandatkan TNI untuk melaksanakan tugas sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.Dalam perkembangan sejarahnya, filosofi “tentara rakyat” ini diperkuat dengan berbagai kebijakan dan doktrin militer Indonesia. Salah satu yang paling mencolok adalah peran TNI dalam menjaga stabilitas politik dalam negeri, termasuk saat menghadapi ancaman komunisme dan separatisme. TNI saat itu, dalam berbagai tahap sejarah, seringkali memainkan peran yang lebih besar dari sekadar institusi pertahanan negara, dengan masuk ke dalam ranah politik dan sosial masyarakat.Namun, seiring dengan reformasi pada akhir 1990-an, peran TNI sebagai “tentara rakyat” mulai mengalami penyesuaian. TNI dipaksa kembali fokus pada tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara, melepaskan keterlibatannya dalam politik praktis, dan menjaga netralitas di tengah dinamika politik domestik. Walaupun begitu, filosofi sebagai tentara rakyat tetap menjadi inti dari jati diri TNI.
Tantangan Era Modern: Relevansi Konsep Tentara RakyatTahun 2024 adalah momentum penting untuk merefleksikan kembali konsep TNI sebagai tentara rakyat. Apakah relevansi konsep ini masih sama seperti pada masa perjuangan kemerdekaan dan Orde Baru, atau perlu disesuaikan dengan kebutuhan zaman?Dunia saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat cepat, terutama dalam hal geopolitik, teknologi militer, serta ancaman non-tradisional seperti terorisme, siber, dan perubahan iklim. Di satu sisi, konsep “tentara rakyat” bisa menjadi modal sosial yang kuat. Dalam konteks ancaman non-konvensional, keterlibatan masyarakat sipil dalam mempertahankan kedaulatan negara bisa menjadi solusi efektif. TNI dapat memanfaatkan kedekatan dengan rakyat untuk memperkuat pertahanan negara, baik melalui pendidikan kebangsaan, pembinaan teritorial, atau kerja sama dalam mitigasi bencana alam.Namun, di sisi lain, konsep ini juga menghadapi tantangan dalam era modern. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana TNI bisa terus menjaga profesionalitas di tengah perubahan dinamika sosial. Menjadi tentara rakyat di masa kini bukan berarti hanya sekadar dekat dengan masyarakat, tetapi juga bagaimana TNI bisa menjadi institusi yang profesional, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Peran Strategis TNI dalam Era Digital dan SiberSeiring dengan perkembangan teknologi informasi, peran TNI dalam menghadapi ancaman dunia maya juga menjadi sorotan penting. Dunia digital yang semakin kompleks dan penuh ancaman mengharuskan TNI untuk memperkuat kemampuannya dalam pertahanan siber. Di sini, peran sebagai tentara rakyat juga harus diterjemahkan dalam bentuk yang baru. TNI harus mampu melibatkan masyarakat sipil yang berkompeten dalam teknologi informasi untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan negara di dunia maya.Kerja sama antara TNI dan masyarakat sipil dalam bidang pertahanan siber menjadi bentuk modernisasi dari konsep tentara rakyat. TNI bisa mengambil peran sebagai fasilitator dan penjaga, sementara rakyat, khususnya generasi muda yang memiliki keahlian teknologi, bisa terlibat langsung dalam upaya pertahanan negara. Ini adalah bentuk dari sinergi yang dibutuhkan dalam era digital, di mana peran TNI tidak hanya fisik tetapi juga dalam ruang virtual.
TNI dan Netralitas PolitikDi tengah dinamika politik yang kerap kali memanas di Indonesia, menjaga netralitas TNI adalah tantangan yang krusial. Dalam beberapa tahun terakhir, godaan bagi TNI untuk kembali terlibat dalam politik praktis cukup tinggi, terutama saat terjadi polarisasi politik yang tajam di masyarakat. Sebagai tentara rakyat, TNI harus tetap netral dan tidak boleh berpihak pada kekuatan politik mana pun. Keterlibatan dalam politik hanya akan menggerus kepercayaan rakyat terhadap institusi ini.Netralitas politik tidak hanya penting untuk menjaga kepercayaan publik, tetapi juga esensial dalam menjaga stabilitas negara. TNI yang terlibat dalam politik praktis hanya akan memperlemah perannya sebagai alat pertahanan negara dan mengancam kedaulatan demokrasi. Oleh karena itu, sebagai tentara rakyat, TNI harus berdiri di atas semua golongan, menjaga jarak dari intrik politik, dan fokus pada tugas utamanya.
Peran TNI dalam Pembangunan NasionalSebagai tentara rakyat, peran TNI tidak hanya terbatas pada aspek pertahanan semata, tetapi juga dalam pembangunan nasional. Di Indonesia, TNI sering dilibatkan dalam program-program pembangunan, terutama di daerah-daerah terpencil dan perbatasan. Sinergi antara TNI dan rakyat dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan menunjukkan bagaimana TNI tetap relevan sebagai institusi yang mendukung kemajuan negara.Dalam beberapa tahun terakhir, keterlibatan TNI dalam penanganan bencana alam juga menjadi bukti nyata dari peran tentara rakyat ini. TNI selalu hadir di garis depan saat terjadi bencana, mulai dari evakuasi hingga pemulihan. Kehadiran TNI di tengah-tengah rakyat yang sedang kesulitan menegaskan pentingnya sinergi ini dalam menjaga keutuhan bangsa.
Menjaga Identitas TNI Sebagai Tentara Rakyat di Masa DepanMenjelang dekade ketujuh dari eksistensinya, TNI perlu tetap mempertahankan identitas sebagai tentara rakyat. Namun, identitas ini harus dikontekstualisasikan dengan tantangan zaman. Dalam menghadapi ancaman modern seperti siber dan terorisme, TNI harus memperkuat sinergi dengan masyarakat, baik melalui kerja sama di bidang teknologi maupun pendidikan kebangsaan.TNI juga harus tetap netral dari kepentingan politik dan terus menjaga profesionalitas dalam menjalankan tugas. Hanya dengan begitu, kepercayaan rakyat terhadap institusi ini akan tetap terjaga. Peringatan hari jadi TNI tahun 2024 harus menjadi momentum untuk merefleksikan peran strategis TNI di masa depan, sebagai penjaga kedaulatan negara sekaligus pelindung rakyat.Dengan demikian, di era yang penuh dengan tantangan baru, menjadikan TNI sebagai tentara rakyat tidak hanya berarti dekat dengan masyarakat, tetapi juga menciptakan kolaborasi yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Penulis :Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh