Banda Aceh – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia ( BNPT RI ) Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel M.Si, mengadakan pertemuan dengan Duta Damai Aceh dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Aceh. Acara berlangsung di Canai Manak KL, Banda Aceh, pada Selasa, 10 September 2024.
Pertemuan ini dihadiri 15 Duta Damai Aceh dan 4 perwakilan FKPT Aceh. Pertemuan ini merupakan langkah strategis BNPT untuk memperkuat kolaborasi dengan elemen-elemen lokal dalam menjaga stabilitas dan perdamaian, serta mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di wilayah Aceh.
Dalam sambutannya, Komjen Pol. Rycko menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Duta Damai Aceh dan FKPT Provinsi Aceh atas upaya aktif mereka dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di Aceh. Ia menegaskan bahwa peran Duta Damai sangat penting dalam menyebarkanpesan-pesan damai, khususnya di kalangan generasi muda.
“Adik-adik adalah ujung tombak BNPT di Aceh, Generasi muda harus dilibatkan secara aktif dalam upaya pencegahan ini karena mereka merupakan target utama kelompok radikal” Imbuh jenderal bintang tiga itu, menunjukkan pentingnya posisi Duta Damai dalam gerakan anti-radikalisme di masyarakat.
Komjen Pol. Rycko mengungkapkan keprihatinannya atas maraknya propaganda ISIS di ruang siber. Menurutnya, kelompok-kelompok teroris kini menyebarkan ideologi mereka melalui narasi yang dibalut dengan konsep liberalisme dan kapitalisme, yang dapat menyesatkan dan menarik simpati masyarakat.
“Propaganda ISIS masih ditemukan banyak di ruang siber, mereka mengemasnya dengan narasi liberalis, kapitalis, dan sebagainya”.
Rycko menegaskan bahwa masyarakat harus lebih waspada terhadap upaya kelompok radikal yang menggunakan cara-cara manipulatif untuk menarik pengikut baru.
“Kita harus waspada dengan bingkisan-bingkisan semacam itu,” lanjutnya.
Selain itu, Rycko menyoroti pentingnya memperhatikan ancaman tersembunyi dari radikalisme, yang diibaratkannya sebagai “puncak gunung es”. Ia menggambarkan bahwa ancaman ini mungkin tampak kecil di permukaan, tetapi sesungguhnya akar masalahnya sangat dalam dan luas.
“Ancaman radikalisme dan terorisme masih mengintai di bawah tanah, tidak bisa disepelekan.” ujar Rycko dengan tegas.
Walaupun Indonesia hingga saat ini berhasil menjaga status zero terrorism attack, ia mengingatkan bahwa bahaya radikalisme tetap ada dan memerlukan pengawasan yang berkelanjutan. Rycko juga memberikan contoh dari Paus Fransiskus sebagai tokoh dunia yang berhasil mempromosikan toleransi dan perdamaian. Ia menilai bahwa masyarakat Indonesia perlu mencontoh pendekatan ini dalam membangun toleransi antarumat beragama, demi memperkuat persatuan nasional. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa konsep Khalifah dalam Al-Qur’an mengajarkan pentingnya hubungan harmonis antarbangsa yang dimulai dari individu, baik laki-laki maupun perempuan, yang saling mengenal dan hidup berdampingan. Bukan konsep eksklusif yang dipropagandakan oleh kelompok ekstremis.
Selama diskusi, Duta Damai Aceh melaporkan beberapa inisiatif yang telah mereka lakukan dalam upaya pencegahan radikalisme. Mereka telah aktif berkoordinasi dengan sekolah-sekolah dan pesantren di Aceh untuk memberikan edukasi terkait bahaya radikalisme.
“Inisiatif ini disambut baik oleh Kesbangpol dan FKPT, yang turut mendukung berbagai program yang dilaksanakan oleh Duta Damai.” Ujar koordinator Duta Damai Aceh, Teuku Rizza Muly.
Mereka mengungkapkan rencana besar untuk memproduksi sebuah film yang melibatkan anak muda dari seluruh Sumatera dalam sebuah acara besar yang bertajuk “Festival Damai”. Festival ini bertujuan untuk menyebarkan pesan damai melalui media yang lebih akrab dengan generasi muda.
“Kami punya agenda, buat film dari anak muda tapi lintas Sumatera, dalam satu kegiatan besar namanya Festival Damai,” ujar salah satu perwakilan Duta Damai.
Mereka berharap proyek ini bisa menjadi kolaborasi jangka panjang dengan BNPT dan turut mendukung gerakan pencegahan radikalisme melalui pendekatan yang kreatif. Kepala BNPT menyambut baik inisiatif Duta Damai Aceh ini. Menurutnya, proyek film yang dirancang oleh Duta Damai sangat potensial untuk menyebarkan pesan-pesan damai di kalangan anak muda, yang merupakan segmen masyarakat paling rentan terhadap pengaruh radikalisme.
“Film ini bagus karena pasarnya jelas, bukan seperti koran yang minim minat pembaca sehingga kurang tepat sasaran” kata Rycko, menekankan bahwa penggunaan media yang tepat sangat penting dalam menyampaikan pesan pencegahan terorisme.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh Deputi I BNPT Mayjen TNI Roedy Widodo dan Direktur Pencegahan BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, yang keduanya turut memberikan dukungan terhadap inisiatif-inisiatif yang telah dijalankan Duta Damai dan FKPT di Aceh. Mereka berharap agar Duta Damai Aceh terus memperkuat kerjasama dengan BNPT dan FKPT, serta semakin kreatif dalam menyusun program-program yang menyasar kelompok muda di Aceh dan sekitarnya. Dari Polda Aceh, turut hadir wakil direktur bina masyarakat Polda Aceh AKBP Dhani Catra Nugraha S.H.,S.I.K.,M.H. beserta staf terkait.
Kepala BNPT mengakhiri dengan menegaskan bahwa upaya pencegahan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk Duta Damai dan FKPT. Dengan semangat kerjasama yang kuat antara BNPT, Duta Damai, dan FKPT, diharapkan Aceh dapat terus menjadi wilayah yang damai dan terhindar dari pengaruh paham radikal yang merusak. Acara silaturahmi ini ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh FKPT kepada Kepala BNPT sekaligus meneguhkan komitmen bersama untuk terus bersinergi dalam menjaga perdamaian di Aceh dan mencegah penyebaran radikalisme serta terorisme di seluruh lapisan masyarakat.
Penulis :
Firman Ilmi Duta Damai BNPT RI Regional Aceh