Duta Damai BNPT RI Regional Aceh – Pernahkah Anda membayangkan, di Hari Anak Sedunia, anak-anak diberi hak istimewa untuk “memimpin dunia” selama sehari? Ya, ini hanya ide liar, tapi bayangkan sejenak: mereka membuat aturan, menentukan menu makan malam, bahkan memutuskan jadwal kerja orang tua. Lucu? Iya. Menegangkan? Tentu saja!Hari Anak Sedunia 2024, yang jatuh setiap 20 November, bukan hanya sekadar perayaan biasa. Ini adalah momen untuk mengingat bahwa anak-anak memiliki hak atas kebahagiaan, pendidikan, dan suara yang didengar. Namun, bagaimana jika kita membawa konsep ini lebih jauh—memutar balik peran sehari saja? Bayangkan skenario berikut.
Anak Sebagai Pemimpin DuniaPagi itu, seperti biasa, Anda bangun dengan rasa kantuk. Tapi tunggu dulu, di meja makan ada memo kecil bertuliskan, “Mama, mulai hari ini saya bos. Tolong siapkan sarapan pancake cokelat dengan sirup pelangi. Jangan lupa susu cokelatnya!” Anda pun merenung, kapan anak Anda belajar menulis memo seperti itu?Saat sarapan selesai, anak Anda yang berusia 7 tahun memimpin rapat keluarga. “Jadi, agenda hari ini: Ayah harus berhenti main HP selama dua jam, Mama tidak boleh bilang ‘nanti’, dan adik harus berhenti menangis tanpa alasan.” Hebatnya, mereka menyampaikannya dengan penuh percaya diri seperti CEO perusahaan multinasional. Anda mulai merasa ada sesuatu yang salah dengan dunia ini atau mungkin ini hanya imajinasi belaka?
Hak Anak yang Sering TerlupakanDi luar imajinasi, peringatan Hari Anak Sedunia sebenarnya mengingatkan kita pada betapa pentingnya hak-hak anak. Mulai dari hak atas pendidikan yang berkualitas hingga hak untuk bermain. Namun, kenyataan di lapangan sering kali bertolak belakang. Banyak anak yang masih harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, kehilangan akses pendidikan, atau bahkan tidak punya waktu untuk bermain.Ini membuat kita bertanya, “Apakah kita benar-benar mendengarkan mereka?” Bayangkan jika anak-anak punya “serikat pekerja anak” yang menuntut waktu bermain wajib sehari dua jam. Mereka pasti akan menggugat kita di pengadilan keluarga karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa bermain bersama mereka.
Orang Tua Sebagai AsistenJika Hari Anak Sedunia benar-benar dirayakan dengan serius, mungkin sudah saatnya orang tua menjalani peran sebagai asisten. Hari itu, Anda harus menjawab pertanyaan-pertanyaan anak tanpa mengeluh. “Kenapa langit biru?” “Kenapa dinosaurus punah?” atau yang paling legendaris, “Kenapa saya tidak boleh makan es krim sebelum tidur?” Jangan coba mengelak, karena bos kecil Anda akan mengingat setiap jawaban Anda untuk digunakan sebagai argumen di kemudian hari.Lebih seru lagi, anak-anak akan mendikte daftar tugas untuk Anda. “Mama, tolong bantu saya menggambar unicorn dengan latar pelangi, dan jangan lupa tambahkan glitter. Ayah, tolong rakitkan lego ini, tapi jangan sampai salah warna!” Anda pun bekerja dengan penuh dedikasi sambil berpikir, “Inikah rasanya jadi staf junior?”
Refleksi Serius di Balik CandaanMeskipun tulisan ini terdengar seperti komedi, ada pesan mendalam yang ingin disampaikan. Hari Anak Sedunia seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk benar-benar memberikan perhatian pada kebutuhan anak-anak, bukan sekadar memberikan hadiah atau mengadakan acara seremonial.Menurut UNICEF, tema Hari Anak Sedunia 2024 adalah “Dunia yang Ramah Anak: Aksi Nyata, Bukan Janji.” Ini berarti, daripada hanya berjanji memberikan pendidikan berkualitas, kita harus memastikan semua anak benar-benar mendapat akses ke sekolah. Daripada sekadar berbicara tentang kesehatan anak, kita perlu memastikan tidak ada anak yang menderita gizi buruk.Di Indonesia, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Ketimpangan akses pendidikan di daerah terpencil, angka kekerasan terhadap anak yang masih tinggi, serta minimnya ruang bermain yang aman menjadi PR besar.
Mewujudkan Dunia Ramah AnakKita bisa mulai dari langkah kecil di rumah. Luangkan waktu untuk mendengarkan anak-anak, bermain bersama mereka, dan memberikan perhatian penuh tanpa gangguan gadget. Di lingkungan masyarakat, dukung kegiatan yang melibatkan anak-anak seperti taman bermain, perpustakaan anak, atau festival seni.Pemerintah dan pihak terkait juga harus lebih serius dalam menjalankan program yang berpihak pada anak. Misalnya, meningkatkan anggaran pendidikan, menyediakan fasilitas kesehatan gratis, hingga membangun infrastruktur yang mendukung kebutuhan anak-anak di daerah tertinggal.
Hari Anak Sedunia 2024 adalah momen yang tepat untuk bercermin: sudahkah kita memberikan dunia yang layak bagi anak-anak kita? Atau, jangan-jangan, kita terlalu sibuk dengan rutinitas hingga lupa bahwa anak-anak tidak hanya butuh makan dan sekolah, tapi juga perhatian, cinta, dan kebebasan untuk bermimpi?Jadi, bagaimana jika tahun ini kita merayakan Hari Anak Sedunia dengan cara yang berbeda? Biarkan mereka menjadi bos selama sehari, dan rasakan bagaimana mereka mengatur dunia dengan kreativitas dan imajinasi mereka. Siapa tahu, kita justru akan belajar banyak dari “bos kecil” kita ini!
Penulis :
Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh