Setiap tanggal 8 September, dunia memperingati Hari Literasi Internasional sebagai momen untuk mengingatkan pentingnya literasi dalam kehidupan manusia. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Pada peringatan Hari Literasi Internasional tahun 2024, perhatian khusus patut diberikan kepada peran anak muda dalam mendorong dan membentuk masa depan literasi. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, anak muda memiliki peran krusial dalam mempertahankan dan memperkaya budaya literasi.
Literasi di Era Digital
Kemajuan teknologi yang pesat telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, termasuk cara kita mengakses dan memanfaatkan informasi. Generasi muda, yang dikenal sebagai digital natives, tumbuh di tengah-tengah perkembangan teknologi ini. Mereka terbiasa dengan gawai dan internet sejak usia dini, yang memungkinkan mereka mengakses berbagai informasi dengan cepat dan mudah. Namun, kemudahan akses ini juga membawa tantangan tersendiri dalam hal literasi.
Di satu sisi, era digital telah membuka pintu bagi anak muda untuk mengakses sumber-sumber pengetahuan dari seluruh dunia. Mereka dapat membaca buku, artikel, dan jurnal dari berbagai bahasa dan budaya hanya dengan beberapa kali klik. Di sisi lain, banjir informasi yang tersedia secara online sering kali membuat mereka kesulitan memilah mana informasi yang valid dan relevan. Di sinilah literasi digital, sebagai bagian dari literasi modern, menjadi sangat penting.
Literasi digital mencakup kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari internet dengan bijak. Ini juga termasuk pemahaman tentang etika digital, seperti hak cipta, privasi, dan keamanan online. Anak muda harus diajarkan untuk menjadi konsumen informasi yang kritis, yang tidak hanya menerima apa yang mereka baca secara mentah-mentah, tetapi juga mampu mempertanyakan dan menganalisis informasi tersebut. Dengan literasi digital yang baik, mereka dapat menghindari penyebaran informasi yang salah atau hoaks, yang semakin marak di era digital ini.
Tantangan Literasi di Kalangan Anak Muda
Meskipun anak muda memiliki akses yang luas terhadap informasi, tantangan literasi di kalangan mereka tetap ada. Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya minat baca. Sebuah studi menunjukkan bahwa meskipun akses terhadap buku dan bacaan lainnya meningkat, minat membaca di kalangan anak muda cenderung menurun. Mereka lebih tertarik pada hiburan visual seperti video dan media sosial, yang menawarkan konten yang cepat dan mudah dicerna, tetapi sering kali kurang mendalam.
Minat baca yang rendah ini bisa berdampak negatif pada kemampuan berpikir kritis dan analitis mereka. Membaca buku, terutama yang berkualitas, membantu memperkaya kosa kata, memperdalam pemahaman, dan melatih otak untuk berpikir secara logis dan terstruktur. Tanpa kebiasaan membaca yang kuat, anak muda mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi anak muda adalah keterbatasan akses terhadap literatur yang beragam dan bermutu. Meskipun teknologi telah membuat buku dan sumber informasi lebih mudah diakses, tidak semua anak muda memiliki akses yang sama, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau berasal dari keluarga kurang mampu. Ini menciptakan kesenjangan literasi yang signifikan antara anak muda di perkotaan dan pedesaan, serta antara mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda.
Peran Sekolah dan Keluarga dalam Meningkatkan Literasi Anak Muda
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, peran sekolah dan keluarga sangat penting. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus menjadi ujung tombak dalam membangun dan meningkatkan literasi anak muda. Kurikulum yang inklusif dan mengutamakan literasi sebagai salah satu pilar utama pendidikan perlu dikembangkan. Tidak hanya literasi baca-tulis, tetapi juga literasi digital, literasi media, dan literasi informasi.
Guru juga memiliki peran sentral dalam menumbuhkan minat baca di kalangan siswa. Dengan memanfaatkan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik, guru dapat mendorong siswa untuk lebih aktif membaca dan mengembangkan kemampuan literasi mereka. Misalnya, melalui program-program seperti diskusi buku, penulisan kreatif, dan proyek literasi berbasis teknologi, guru dapat membuat literasi menjadi sesuatu yang menarik dan relevan bagi kehidupan sehari-hari siswa.
Di sisi lain, keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah penting. Orang tua harus menjadi teladan dalam hal literasi. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang menghargai buku dan membaca cenderung memiliki minat baca yang lebih tinggi. Orang tua dapat membiasakan anak-anak mereka membaca sejak dini, menyediakan bahan bacaan yang bermutu di rumah, dan membatasi waktu anak-anak dalam menggunakan gawai untuk hal-hal yang kurang produktif.
Selain itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas juga dapat memperkuat upaya peningkatan literasi. Misalnya, perpustakaan komunitas, klub buku, dan program literasi di lingkungan masyarakat dapat menjadi sarana bagi anak muda untuk mengembangkan minat baca mereka. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya membantu meningkatkan kemampuan literasi, tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka.
Literasi sebagai Alat untuk Membangun Masa Depan
Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang bagaimana seseorang dapat menggunakan pengetahuan dan informasi untuk mengembangkan diri dan berkontribusi kepada masyarakat. Bagi anak muda, literasi adalah alat yang sangat penting untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan literasi yang kuat, mereka dapat menjadi individu yang lebih kritis, kreatif, dan mandiri.
Dalam konteks globalisasi dan revolusi industri 4.0, literasi juga menjadi kunci bagi anak muda untuk bersaing di tingkat global. Kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi akan sangat menentukan keberhasilan mereka di berbagai bidang, baik itu pendidikan, karier, maupun kehidupan sosial. Oleh karena itu, literasi harus menjadi prioritas utama dalam pendidikan dan pengembangan anak muda.
Pada Hari Literasi Internasional 2024 ini, mari kita jadikan momen ini sebagai refleksi bersama untuk meningkatkan literasi di kalangan anak muda. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari masyarakat. Dengan memberikan perhatian dan dukungan yang lebih besar terhadap literasi anak muda, kita dapat membantu mereka untuk tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Hari Literasi Internasional 2024 mengingatkan kita akan pentingnya literasi dalam membentuk masa depan anak muda. Di era digital, tantangan literasi semakin kompleks, namun peran anak muda sebagai agen perubahan tidak bisa diremehkan. Dengan dukungan dari sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta komitmen untuk terus meningkatkan kemampuan literasi, kita dapat menciptakan generasi yang lebih berpengetahuan, kritis, dan siap menghadapi dinamika global.
Masa depan literasi ada di tangan anak muda. Oleh karena itu, mari kita dukung mereka dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap sumber daya literasi, mendorong minat baca, dan membekali mereka dengan keterampilan literasi digital yang mumpuni. Dengan demikian, kita tidak hanya membantu mereka untuk meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Penulis :
Benny Syuhada
Duta Damai BNPTRI Regional Aceh