Duta Damai BNPT RI Regional Aceh – Pilkada 2024 baru saja usai. Gemuruh kampanye yang menyemarakkan setiap sudut kota kini berganti dengan kesibukan menghapus baliho dan spanduk. Warga yang sebelumnya penuh semangat saling adu argumen di warung kopi, kini duduk kembali berdampingan sambil menyeruput kopi hitam pekat, membicarakan harga cabai yang melonjak. Meski kontestasi telah selesai, jejak-jejak perpecahan terkadang masih terasa. Mari kita bahas dengan santai dengan sedikit humor, agar tak terlalu serius!
Sisa-sisa Drama PilkadaKita harus akui, Pilkada adalah panggung drama terbesar di negeri ini. Selama masa kampanye, kita menyaksikan para kandidat berbicara dengan penuh semangat tentang program kerja, visi, dan misi mereka. Tapi tak jarang, yang lebih seru justru drama di antara para pendukungnya. Ada yang ribut di media sosial, saling sindir di grup WhatsApp keluarga, bahkan ada yang sampai putus pertemanan hanya karena beda pilihan.Di media sosial, suasana Pilkada lebih mirip acara reality show. Ada yang rajin membuat meme lucu untuk menyerang kubu sebelah, ada pula yang mendadak jadi “pakar politik” semalam, memberi analisis bak komentator ulung. Namun, setelah kontestasi selesai, para kandidat justru terlihat akur saat bersalaman di depan kamera. Para pendukung? Masih saling sumbang komentar pedas di dunia maya.Inilah yang perlu kita renungkan bersama. Apakah Pilkada memang harus merusak hubungan sosial kita?
Pilkada Itu Kompetisi, Bukan PerangCoba kita bayangkan Pilkada seperti pertandingan olahraga. Tim A dan Tim B bertanding, ada yang menang, ada yang kalah, tapi semuanya tetap satu lapangan. Setelah peluit panjang berbunyi, para pemain saling berjabat tangan. Penonton? Harusnya juga begitu.Namun, kadang kita lupa bahwa Pilkada hanyalah sarana memilih pemimpin terbaik, bukan ajang permusuhan. Kalau kita sampai terpecah hanya karena beda pilihan, siapa yang rugi? Kita sendiri. Masalah-masalah besar seperti pengangguran, kemiskinan, dan infrastruktur yang rusak tetap akan menunggu untuk diselesaikan, terlepas dari siapa yang menang.Kita perlu ingat, setelah Pilkada, pemimpin yang terpilih akan memimpin semua orang—bukan hanya mereka yang memilihnya. Jadi, daripada terus mengungkit perbedaan, bukankah lebih baik kita bersatu untuk mendukung program-program yang positif?
Cara Menghapus Jejak PerpecahanUntuk kembali bersatu, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan. Yuk, kita coba!
Hapus Status dan Meme NegatifIngat status Facebook yang Anda tulis penuh amarah saat mendukung kandidat Anda? Atau meme satir yang Anda bagikan di Instagram untuk mengejek kubu sebelah? Saatnya menghapus itu semua. Jangan sampai jejak digital Anda menjadi sumber konflik baru.
Berdamai di Grup WhatsApp KeluargaGrup WhatsApp keluarga sering menjadi medan perang saat Pilkada. Ada yang mengirim berita politik setiap lima menit, ada pula yang membalas dengan sindiran pedas. Kini Pilkada sudah selesai, waktunya kita berdamai. Mulailah dengan mengirim meme lucu yang netral, seperti gambar kucing atau bayi.
Kembali ke Aktivitas Sosial PositifDaripada terus mendiskusikan politik, lebih baik kita kembali ke aktivitas sosial yang bermanfaat. Bergabunglah dalam kegiatan gotong royong atau komunitas lokal. Ini cara yang bagus untuk membangun kembali hubungan yang mungkin sempat renggang.
Maafkan dan LupakanKalau ada teman atau keluarga yang sempat membuat Anda kesal selama Pilkada, cobalah untuk memaafkan. Ingat, kita semua manusia yang bisa khilaf. Lagipula, dendam tak akan membawa kita ke mana-mana, selain ke rumah sakit karena stres.
Tertawa Bersama, Kunci PersatuanHumor adalah obat mujarab untuk menyembuhkan luka perpecahan. Setelah Pilkada, mari kita tertawa bersama tentang hal-hal lucu yang terjadi selama kampanye. Misalnya, ingat janji kandidat yang katanya akan membangun jembatan di desa tanpa sungai? Atau klaim bahwa ia bisa menyulap ekonomi daerah seperti negara maju dalam setahun? Hal-hal seperti ini, jika dilihat dari sudut pandang humor, justru bisa menjadi perekat kebersamaan.Namun, tentu saja, tertawa bersama bukan berarti menertawakan satu sama lain. Humor yang baik adalah yang bisa dinikmati semua pihak tanpa menyakiti.
Pilkada Selesai, Kerja DimulaiSetelah euforia Pilkada usai, kita perlu mengingat tujuan utama dari kontestasi ini: memilih pemimpin yang bisa membawa perubahan positif. Kini saatnya kita berhenti memperdebatkan siapa yang benar atau salah, dan mulai bekerja sama untuk membangun daerah kita.Jika pemimpin yang Anda dukung kalah, itu bukan berarti Anda harus menjadi oposisi abadi. Sebaliknya, jadilah warga yang kritis tapi konstruktif. Kritiklah jika ada kebijakan yang kurang tepat, tapi jangan lupa memberi apresiasi jika ada keberhasilan.Bagi pendukung pemenang, jangan terlalu larut dalam euforia. Ingatlah bahwa tanggung jawab Anda justru lebih besar untuk mengawal janji-janji yang pernah disampaikan. Jangan sampai janji tinggal janji, sementara Anda sibuk merayakan kemenangan.
Kesimpulan: Bersatu Lebih AsyikPilkada 2024 telah memberi kita banyak pelajaran, salah satunya adalah betapa pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan. Meski kita sempat berbeda pilihan, kita tetap satu bangsa, satu tanah air.Mari kita akhiri masa-masa perpecahan ini dengan senyuman. Duduklah kembali di warung kopi bersama teman-teman Anda, nikmati secangkir kopi Aceh yang nikmat, dan bicarakan hal-hal yang lebih penting. Pilkada memang hanya sesaat, tapi persahabatan dan persatuan adalah warisan yang tak ternilai.Ingatlah, di atas segala perbedaan politik, kita semua adalah warga negara yang ingin melihat daerah ini maju. Jadi, mari bersatu, tinggalkan perpecahan, dan jadikan Pilkada 2024 sebagai awal dari perjalanan baru yang lebih baik. Hidup damai lebih nikmat, kan?
Penulis :
Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh