Duta Damai BNPT RI Regional Aceh – Pilkada di Aceh selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan. Selain penuh drama politik dan poster-poster calon dengan senyum “sumringah” di setiap sudut jalan, ada satu hal yang tak kalah penting untuk dibahas: visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan para calon. Tapi, mari kita beri sedikit bumbu menggelitik pada diskusi kali ini mengapa pembangunan berbasis perdamaian itu penting, dan mengapa calon kepala daerah harus memprioritaskannya?
Aceh: Tanah Perdamaian yang Harus DijagaSejak MoU Helsinki ditandatangani pada 2005, Aceh menjadi simbol perdamaian di Indonesia. Namun, menjaga perdamaian ini tidak semudah menjaga tanaman hias di rumah. Butuh perawatan intensif, perhatian penuh, dan tentu saja, visi besar dari pemimpin daerah.Sayangnya, dalam banyak kampanye, isu perdamaian sering kali terdengar seperti tagline iklan. “Kami berkomitmen menjaga perdamaian Aceh”, kata mereka. Tapi, komitmen ini hanya akan jadi slogan manis kalau tidak diterjemahkan ke dalam program kerja yang konkret.
Pembangunan Berbasis Perdamaian: Bukan Sekadar Bangun GedungPembangunan berbasis perdamaian tidak hanya tentang membangun infrastruktur fisik seperti jembatan, jalan raya, atau pasar tradisional yang baru. Itu penting, tapi pembangunan tanpa perdamaian seperti memasak tanpa garam hasilnya hambar.Pembangunan berbasis perdamaian melibatkan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang saling terhubung. Calon kepala daerah harus berpikir jauh ke depan, memprioritaskan dialog sosial, memperkuat inklusi, dan memberdayakan semua elemen masyarakat, termasuk mereka yang sering terlupakan.
Visi Tanpa Perdamaian? Ya Seperti Sayur Tanpa KuahMari kita bicara visi. Bayangkan seorang calon kepala daerah berjanji menjadikan Aceh sebagai pusat ekonomi syariah terbesar di Asia Tenggara, tetapi tidak punya rencana untuk menangani konflik sosial yang mungkin muncul akibat ketimpangan ekonomi. Itu sama saja seperti membangun rumah megah di atas tanah yang rawan longsor cantik, tapi berbahaya.Visi yang kuat harus mencerminkan pentingnya menjaga harmoni antarwarga. Pembangunan yang hanya mementingkan satu kelompok akan menciptakan kecemburuan sosial dan bisa memicu konflik. Bukankah lebih baik kalau visi itu mencerminkan semangat perdamaian yang merangkul semua pihak?
Misi Tanpa Perdamaian? Seperti Film Tanpa EndingBerbicara soal misi, calon kepala daerah biasanya sibuk menyusun daftar panjang tujuan yang ingin dicapai. Tapi, jika tidak ada strategi yang jelas untuk memastikan masyarakat hidup damai, misi tersebut hanya akan menjadi deretan kata-kata kosong.Misalnya, jika seorang calon ingin memperbaiki sektor pendidikan, apakah dia juga memikirkan bagaimana memastikan sekolah-sekolah menjadi ruang yang inklusif? Atau, jika seorang calon ingin meningkatkan sektor pariwisata, apakah dia punya rencana untuk menjamin keamanan wisatawan dan pekerja lokal?
Program Kerja: Solusi atau Sekadar Basa-Basi?Program kerja adalah ujung tombak kampanye. Sayangnya, banyak program kerja yang terdengar spektakuler tetapi tidak menyentuh akar masalah.Coba bayangkan program kerja seperti ini: “Kami akan membangun taman perdamaian di setiap kecamatan.” Terdengar menarik, bukan? Tapi apa gunanya taman perdamaian kalau masyarakatnya masih sering terlibat perselisihan akibat kebijakan yang tidak adil?
Program kerja yang benar-benar berbasis perdamaian harus menyentuh aspek mendasar, seperti:Pemberdayaan ekonomi masyarakat rentan. Konflik sering kali berakar dari ketimpangan ekonomi. Memberikan pelatihan kerja, akses modal usaha, dan peluang kerja bagi kelompok rentan dapat mencegah konflik sosial.Penguatan lembaga adat dan agama. Di Aceh, lembaga adat seperti mukim dan keuchik memiliki peran besar dalam menjaga harmoni masyarakat. Calon kepala daerah harus mendukung penguatan peran mereka melalui pelatihan dan pendanaan.Dialog lintas kelompok. Jangan takut untuk mengadakan dialog antar kelompok yang berbeda pandangan. Kadang-kadang, duduk bersama dan berbicara jujur lebih efektif daripada ribuan poster kampanye.
Mengapa Isu Perdamaian Sering Terlupakan?Salah satu alasan mengapa isu perdamaian sering terpinggirkan adalah karena tidak langsung terlihat “menguntungkan” secara politik. Membicarakan perdamaian mungkin tidak sepopuler berjanji membangun jalan tol atau pasar modern.Namun, jika para calon kepala daerah benar-benar ingin dikenang sebagai pemimpin yang berhasil, mereka harus berani menempatkan perdamaian sebagai prioritas. Lagi pula, apa gunanya pembangunan fisik tanpa ketenangan hati warga?
Perdamaian Itu Menguntungkan, Serius!Sebagai penutup, mari kita bicarakan hal yang lebih pragmatis: perdamaian itu sebenarnya menguntungkan. Dengan lingkungan yang damai, investor akan lebih percaya untuk menanamkan modal, wisatawan akan merasa aman berkunjung, dan masyarakat dapat hidup produktif tanpa rasa takut.Jadi, bagi para calon kepala daerah, jangan ragu untuk menjadikan perdamaian sebagai inti visi, misi, dan program kerja Anda. Bukan hanya untuk memenangkan hati pemilih, tetapi untuk menciptakan Aceh yang lebih baik bagi semua.
Catatan Menggelitik: Jangan lupa, para calon kepala daerah, kalau Anda hanya fokus pada proyek fisik tanpa memperhatikan perdamaian, Anda mungkin akan dikenang bukan sebagai pahlawan pembangunan, tapi sebagai “arsitek” konflik berikutnya. Jadi, buatlah pilihan yang bijak!
Penulis :
Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh