free page hit counter

Teladan Rasulullah SAW dalam Menangkal Radikalisme : Menghadirkan Islam yang Damai dan Toleran

Radikalisme menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi umat manusia saat ini, termasuk umat Islam. Berbagai kelompok ekstremis sering kali menggunakan agama sebagai pembenaran atas tindakan kekerasan, mengklaim bahwa mereka berjuang demi tegaknya syariat. Namun, jika kita melihat kembali pada teladan hidup Rasulullah Muhammad SAW, kita akan menemukan bahwa Islam yang diajarkan dan dipraktikkan oleh beliau adalah agama yang penuh dengan kedamaian, cinta, toleransi, dan dialog. Rasulullah SAW dengan bijak mengajarkan umatnya bagaimana hidup berdampingan dengan orang lain, baik sesama Muslim maupun non-Muslim, tanpa mengedepankan kekerasan. Dengan demikian, memerangi radikalisme tidak hanya penting untuk menjaga kedamaian, tetapi juga sebagai bentuk pengamalan ajaran sejati Islam yang diwariskan oleh Rasulullah.

  • Teladan Rasulullah dalam Toleransi Antar Umat Beragama

Salah satu contoh nyata dari toleransi yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW adalah bagaimana beliau memperlakukan komunitas non-Muslim di Madinah. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, kota tersebut dihuni oleh berbagai kelompok, termasuk kaum Yahudi, Nasrani, dan pagan. Untuk menjaga kedamaian dan kerukunan, Rasulullah SAW menyusun Piagam Madinah, sebuah dokumen yang di dalamnya tercantum prinsip-prinsip kerjasama antar komunitas agama yang berbeda.

Dalam piagam tersebut, Rasulullah SAW menegaskan bahwa setiap kelompok memiliki hak untuk hidup sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Mereka juga dilindungi oleh hukum dan tidak boleh diserang hanya karena perbedaan agama. Sikap ini mencerminkan bahwa Islam sejati mengajarkan sikap toleransi terhadap orang lain, tanpa memaksakan keyakinan atau agama. Dengan demikian, radikalisme yang sering kali menolak keberadaan perbedaan agama dan budaya sangat bertentangan dengan semangat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

  • Menjaga Kesucian Jiwa dan Kehidupan

Rasulullah SAW dengan tegas mengajarkan pentingnya menjaga kesucian jiwa dan kehidupan manusia. Salah satu ayat yang sering dikutip dalam Al-Qur’an terkait hal ini adalah surah Al-Maidah ayat 32:

“Barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.”

Ayat ini dengan jelas menunjukkan betapa berharganya nyawa manusia dalam pandangan Islam. Tidak ada pembenaran bagi tindakan kekerasan dan pembunuhan, kecuali dalam situasi yang sangat spesifik dan sah menurut syariat Islam, seperti hukum qishash yang juga diatur dengan ketat.

Dalam prakteknya, Rasulullah SAW selalu berusaha menghindari pertumpahan darah dan hanya berperang ketika tidak ada pilihan lain. Bahkan dalam perang, beliau menetapkan aturan-aturan moral yang sangat ketat, seperti larangan membunuh anak-anak, wanita, orang tua, atau merusak lingkungan. Sikap ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang menyebarkan kekerasan, melainkan agama yang menegakkan keadilan tanpa melanggar hak-hak dasar manusia.

  • Dialog sebagai Alat untuk Menyelesaikan Konflik

Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya dialog dalam menyelesaikan konflik. Salah satu contoh yang terkenal adalah Perjanjian Hudaibiyah, sebuah kesepakatan damai antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy Makkah pada tahun 628 Masehi. Meskipun banyak sahabat yang merasa bahwa syarat-syarat dalam perjanjian tersebut merugikan kaum Muslimin, Rasulullah tetap menerima dan menandatangani perjanjian tersebut demi menghindari pertumpahan darah dan membuka jalan bagi dakwah yang lebih damai di masa depan.

Teladan ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW lebih mengutamakan pendekatan damai daripada kekerasan. Beliau percaya bahwa melalui dialog dan diplomasi, konflik bisa diselesaikan dengan cara yang lebih bijaksana dan tanpa harus melibatkan kekerasan. Hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam saat ini, bahwa radikalisme dan kekerasan bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah, melainkan hanya akan memperburuk keadaan.

  • Menebarkan Kasih Sayang kepada Sesama

Rasulullah SAW adalah sosok yang penuh kasih sayang. Beliau memperlakukan semua orang dengan adil dan penuh cinta, terlepas dari latar belakang agama, suku, atau status sosial. Salah satu hadis yang terkenal menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini tidak hanya mengajarkan cinta dan kasih sayang antar sesama Muslim, tetapi juga mencakup semua manusia. Kasih sayang ini merupakan inti dari ajaran Islam yang sebenarnya. Radikalisme, di sisi lain, menyebarkan kebencian, permusuhan, dan ketidakadilan yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran kasih sayang Rasulullah SAW.

  • Menghindari Ekstremisme dalam Beragama

Rasulullah SAW juga secara eksplisit memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus dalam sikap ekstrem dalam beragama. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

“Jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam beragama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam beragama.” (HR. Ahmad dan An-Nasai)

Ekstremisme, yang kini kita kenal dengan istilah radikalisme, adalah bentuk berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran agama yang sering kali keluar dari jalur yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Islam adalah agama yang seimbang (wasathiyah), yang mengajarkan agar umatnya tidak jatuh ke dalam sikap berlebihan atau lalai. Oleh karena itu, ajaran radikal yang kerap kali menekankan kekerasan dan intoleransi bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah SAW yang menekankan moderasi, keseimbangan, dan harmoni dalam beragama.

  • Peran Pendidikan dalam Menangkal Radikalisme

Rasulullah SAW sangat mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Salah satu sabda beliau yang terkenal adalah:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Pendidikan adalah kunci untuk membuka wawasan dan menanamkan pemahaman yang benar tentang Islam. Salah satu alasan mengapa radikalisme bisa berkembang adalah karena kurangnya pemahaman yang benar tentang agama. Banyak orang yang terjebak dalam ideologi radikal karena mereka hanya mendapatkan pengetahuan agama dari sumber-sumber yang tidak sahih atau dari para tokoh yang tidak kredibel.

Dengan pendidikan yang baik, umat Islam bisa dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam yang sejati. Mereka akan belajar bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, toleransi, dan cinta kasih, bukan kekerasan dan permusuhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan agama mereka agar tidak mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran radikal.

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menghadapi tantangan radikalisme. Ajaran dan teladan beliau menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai, toleran, dan penuh kasih sayang. Radikalisme, yang kerap kali mengatasnamakan agama, sebenarnya adalah bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yang sejati. Dengan meneladani sikap dan ajaran Rasulullah SAW, umat Islam bisa ikut berperan aktif dalam menanggulangi radikalisme dan menjaga perdamaian di dunia.

Upaya melawan radikalisme tidak hanya sebatas pada tindakan preventif, tetapi juga melalui pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam yang benar. Rasulullah SAW telah memberikan contoh nyata bagaimana Islam seharusnya diamalkan, yakni dengan cinta, kasih sayang, dan toleransi. Hanya dengan kembali kepada ajaran sejati Islam inilah, umat Muslim dapat menangkal radikalisme dan membangun masyarakat yang damai dan harmonis.

 

Penulis :

Benny SyuhadaDuta Damai BNPT RI Regional Aceh